Mohon tunggu...
Syalshabil ShafaPranata
Syalshabil ShafaPranata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasisa

Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen UM Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Skema Pemberdayaan Masyarakat Pendanaan DRTPM

26 September 2024   10:14 Diperbarui: 26 September 2024   10:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Negeri Malang

Probolinggo, 25 September 2024 -- Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan mencegah pernikahan dini, tim pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi melaksanakan program "Pemberdayaan Anak Putus Sekolah Melalui Fun Learning untuk Pencegahan Pernikahan Dini" di, Kecamatan Sumber, Probolinggo. Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) melalui skema pemberdayaan masyarakat.

Program ini berfokus pada pemberdayaan anak-anak dan remaja yang putus sekolah melalui pendekatan fun learning, sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan kegiatan edukatif dengan unsur hiburan untuk menarik minat belajar kembali. Selain itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari pernikahan dini, yang masih menjadi masalah di daerah pedesaan.

Universitas Negeri Malang
Universitas Negeri Malang
Dr. Ade Eka Anggraini, ketua tim pengabdian, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk mengajak anak-anak dan remaja putus sekolah agar mau kembali belajar serta membangun kesadaran tentang pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang tepat. "Kami ingin menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan cara yang menyenangkan, sehingga mereka merasa pendidikan itu bukan hanya penting, tapi juga bisa dinikmati," ujar Dr. Ade.

Universitas Negeri Malang
Universitas Negeri Malang
Dalam program ini, berbagai kegiatan edukatif diselenggarakan, seperti kelas keterampilan, diskusi interaktif, dan permainan edukatif. Para peserta juga diajak untuk terlibat dalam pembuatan video edukasi yang berfokus pada bahaya pernikahan dini dan pentingnya pendidikan dalam membangun masa depan yang lebih baik. Salah satu kegiatan yang paling menarik minat anak-anak adalah kelas seni dan kreativitas, di mana mereka belajar membuat kerajinan tangan sambil mendiskusikan impian dan cita-cita mereka.


Siti Rohmah, salah satu peserta yang telah putus sekolah sejak tahun lalu, mengaku senang dengan kegiatan ini. "Di sini kita bisa belajar lagi, tapi dengan cara yang lebih seru. Kita jadi tahu kalau pendidikan itu penting, dan kita juga diajarkan untuk berpikir lebih matang sebelum memutuskan menikah muda," kata Siti.

Selain untuk anak-anak dan remaja, program ini juga melibatkan orang tua dalam sesi penyuluhan tentang bahaya pernikahan dini. Dalam penyuluhan ini, para orang tua diberikan pemahaman mengenai risiko kesehatan, psikologis, dan sosial yang dihadapi oleh anak-anak yang menikah pada usia dini. Hal ini diharapkan dapat mengubah pandangan orang tua terkait pernikahan anak-anak mereka.

Kepala Sekolah SD Suntre, Yayu Kuswinarni, menyatakan dukungannya terhadap program ini dan berharap dapat memberikan dampak yang berkelanjutan. "Pernikahan dini masih menjadi tantangan di desa kami, dan kami bersyukur ada program seperti ini yang membantu anak-anak untuk kembali belajar dan menyadari pentingnya masa depan mereka," ujar Ya. Ia juga menambahkan bahwa partisipasi orang tua dalam kegiatan ini merupakan langkah penting untuk memastikan perubahan pola pikir dalam keluarga.


Program ini mendapatkan respon positif dari masyarakat, dan tim pengabdian berencana untuk melanjutkan kegiatan serupa di desa-desa lain di Kecamatan Sumber. Mereka juga berharap bahwa dengan adanya kesadaran yang lebih baik tentang pendidikan dan bahaya pernikahan dini, generasi muda di Desa Cepoko dan desa lain dapat memiliki masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.


Melalui kegiatan ini, diharapkan tidak hanya anak-anak yang putus sekolah dapat termotivasi untuk melanjutkan pendidikan, tetapi juga terjadi perubahan sosial yang signifikan dalam upaya pencegahan pernikahan dini di wilayah pedesaan.
(Reporter: Tim Berita, Probolinggo)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun