Kemerdekaan termasuk momen yang terus-menerus dibahas dan diputar-ulang dalam sejarah Indonesia. Atas kerjasama bangsa Indonesia, pada 17 Agustus 1945, Indonesia berhasil meraih Kemerdekaannya atas berbagai penjajahan, terutama penjajahan saat itu yaitu oleh Jepang. Kemerdekaan dapat dicapai oleh karena persatuan dan kesatuan bangsa melalui 2 jenis perjuangan yang diterapkan para pahlawan bangsa pada saat itu: perjuangan kooperatif dan non-kooperatif.
Tentunya kita sudah mengenal lebih baik apa itu perjuangan non-kooperatif daripada perjuangan kooperatif. Perjuangan non-kooperatif merupakan perjuangan yang bersifat radikal (angkat senjata) dimana para pejuang tidak tunduk atau menunjukkan penentangan terhadap penjajahan Jepang. Sedangkan perjuangan kooperatif merupakan perjuangan yang bersifat moderat (diplomasi) dimana berfokus pada kerjasama dengan Jepang untuk membuat kesepakatan-kesepakatan.
Kali ini saya akan membahas mengenai perjuangan kooperatif. Perjuangan kooperatif pertama muncul akibat larangan dari pemerintah Jepang untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional. Pada masa itu, Jepang hanya memperbolehkan berdirinya organisasi-organisasi yang bertujuan meraih kemenangan perang Asia-Pasifik---dimana seandainya tidak merdeka, Indonesia akan berperan sebagai cadangan militer Jepang.
Berbicara tentang menjadi cadangan militer, tentu butuh latihan dan pola hidup yang berbeda. Maka tidak heran apabila Jepang menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengimplementasikan tujuan ini. Pertama, Jepang melarang semua kegiatan yang berbau politik. Artinya tidak boleh ada organisasi politik yang mengepentingkan bangsa Indonesia, pribumi tidak boleh menduduki posisi di pemerintahan, dsb. Kedua, Jepang melakukan monopoli bahan mentah untuk industri perang. Dari bahan makanan sampai bahan mentah untuk senjata, Jepang menguasainya pada saat itu. Ketiga, pada bidang sosial, akibat Romusha (kerja paksa Jepang), banyak tenaga kerja yang tidak kembali dalam tugas karena meninggal akibat kondisi kerja yang sangat berat dan diimbangi oleh malnutrisi.
Hal-hal yang disebutkan di atas tentu menyulut api rakyat Indonesia. Golongan nasionalis mulai bergerak: 4 Serangkai. Mereka menjadi pemimpin organisasi yang didirikan Jepang, maka mereka berperan mengontrol organisasi dari dalam. Perjuangan kooperatif seperti inilah yang menjadi perjuangan berkelanjutan hingga masa kini.
Adapun respon Jepang terhadap perlawanan bangsa Indonesia begitu terbuka. Bila ditemukan salah satu saja warga yang memberontak terhadap Jepang, maka sanksi akan ditimpalkan pada semua. Romusha akan semakin membabibuta dan begitu banyak peraturan akan diperketat oleh pemerintah setempat. Namun dapat dilihat setelah peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mengibarkan bendera putih.
Kemerdekaan bangsa dapat diraih oleh karena pengaruh persatuan dan kesatuan seluruh pihak. Baik itu golongan tua, golongan muda, golongan nasionalis, para pejuang non-kooperatif maupun kooperatif, semua berperan penting dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Kembali lagi kita diperhadapkan dengan suatu komitmen bagi generasi muda di zaman sekarang, bagaimana kita dapat meneruskan perjuangan tersebut---secara kooperatif tentunya.
Salah satu sumber menunjukkan bukti perjuangan kooperatif yang sehat masih dilestarikan di negara tercinta. Sebuah podcast yang berjudul "Ngomongin Pemuda Berdaya & Berbudaya di Masyarakat" berbicara tentang suatu organisasi pemuda tertentu. Mereka mendiskusikan tentang dampak positif pengaruh organisasi pemuda tersebut bagi masyarakat, bagaimana visi dan misi mereka sebagai generasi penerus bangsa untuk membangun daerah setempat menjadi lebih baik, hingga pembahasan mengenai wujud kemerdekaan pada masa kini.
Ketua DPK KNPI Jatisampurna di kota Bekasi sebagai narasumber menunjukkan secara tidak langsung bahwa podcast menjadi salahs atu media edukasi yang meningkatkan kesadaran masyarakat muda bahwa organisasi-organisasi sosial itu penting untuk mempertahankan kemerdekaan dengan membangun cara berpikir generasi muda. Pada masa lampau proklamasi disiarkan ke seluruh Indonesia menggunakan radio. Maka anggap saja pada masa sekarang, dengan adanya perkembangan teknologi, siaran radio berganti menjadi podcast yang dikemas lebih praktis dan dapat didengarkan kapan saja melalui fitur unduh audio.