Mohon tunggu...
Syalifa alfi Fathin
Syalifa alfi Fathin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

suka tantangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demo Besar Warga Ngaliyan, Semarang: Protes Penanganan Jalan Rawan Kecelakaan

4 Desember 2024   23:26 Diperbarui: 5 Desember 2024   00:04 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semarang -- Demonstrasi besar terjadi di kawasan Ngaliyan, Kota Semarang, sebagai respon atas serangkaian kecelakaan di Jalan Prof. Hamka, terutama di turunan Silayur. Aksi ini dipicu oleh kecelakaan tragis pada 21 November 2024, ketika truk tronton bermuatan aki mengalami rem blong dan menabrak sejumlah kendaraan serta bangunan. Insiden tersebut menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya. Warga yang sudah lama resah turun ke jalan untuk menuntut perhatian serius pemerintah terhadap keselamatan di kawasan tersebut.

Jalan Prof. Hamka, khususnya tanjakan dan turunan Silayur, dikenal sebagai jalur tengkorak karena seringnya kecelakaan yang melibatkan truk besar. Penyebab utama adalah rem blong akibat kontur jalan yang curam. Truk berat sering kesulitan mengendalikan kecepatan, terutama di malam hari atau saat hujan deras. Meski sudah ada pembatasan jam operasional truk bermuatan berat (hanya boleh melintas pukul 23.00-04.00 WIB), pelanggaran aturan sering terjadi tanpa pengawasan yang ketat.

Warga menuntut solusi konkret dari pemerintah, termasuk pembangunan jalur penyelamat (escape lane) di turunan Silayur untuk mengantisipasi kendaraan yang kehilangan kendali. Selain itu, mereka mendesak agar kontur jalan diperbaiki menjadi lebih landai, seperti yang pernah dilakukan di kawasan rawan lainnya di Semarang. Tidak hanya itu, warga juga meminta pengawasan lebih ketat terhadap truk berat dan pelaksanaan aturan lalu lintas secara tegas.

Spanduk-spanduk protes dipasang di sepanjang jalur rawan kecelakaan sebagai simbol keresahan masyarakat. Warga juga mengkritik minimnya tindakan pencegahan dari pemerintah, meski kasus kecelakaan sudah sering terjadi.

Pemkot Semarang melalui DPRD setempat mengakui bahwa turunan Silayur memang merupakan titik rawan kecelakaan. Sekretaris Komisi C DPRD Semarang, Suharsono, menyatakan bahwa jalur penyelamat menjadi salah satu solusi yang sedang dikaji. "Kami sudah meminta agar jalur penyelamat segera dibuat untuk mengurangi potensi kecelakaan," katanya. Selain itu, rencana untuk memperbaiki kontur jalan turut dibahas, meski membutuhkan waktu dan biaya besar.

Demonstrasi ini menjadi pengingat bahwa masalah keselamatan jalan di Ngaliyan tidak bisa lagi diabaikan. Warga berencana menggelar aksi lanjutan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi dalam waktu dekat. Mereka berharap adanya langkah nyata untuk mencegah kecelakaan serupa di masa mendatang.

Kejadian ini tidak hanya menjadi catatan kelam bagi Ngaliyan, tetapi juga sorotan bagi pengelolaan transportasi di Semarang. Respons yang cepat dan tepat dari pemerintah sangat dinantikan untuk menjawab keresahan masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun