SYALAISHA LATIFA AZZILMI/191241206
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
        Demam Berdarah Dengue (DBD) telah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini tidak hanya menimbulkan morbiditas yang tinggi, tetapi juga mortalitas, terutama pada anak-anak. Meskipun upaya pengendalian telah dilakukan secara intensif, DBD masih menjadi ancaman yang terus membayangi.
       Salah satu tantangan utama dalam pengendalian DBD adalah perubahan iklim. Peningkatan suhu dan curah hujan yang tidak menentu menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu, urbanisasi yang pesat juga turut berkontribusi pada peningkatan kasus DBD. Pertumbuhan penduduk di perkotaan menyebabkan peningkatan jumlah tempat penampungan air yang tidak terawat, seperti bak mandi, drum, dan ban bekas yang menjadi sarang nyamuk.
      Resistensi nyamuk terhadap insektisida juga menjadi kendala dalam pengendalian DBD. Penggunaan insektisida secara berlebihan dan tidak tepat telah menyebabkan munculnya populasi nyamuk yang resisten, sehingga upaya fogging dan pengasapan menjadi kurang efektif. Di samping itu, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk juga menjadi faktor yang memperparah masalah.
      Dalam menghadapi tantangan yang kompleks ini, peran kesehatan masyarakat sangatlah krusial. Upaya pengendalian DBD tidak hanya bergantung pada sektor kesehatan, tetapi juga melibatkan berbagai sektor lainnya, seperti lingkungan, pendidikan, dan masyarakat. Untuk itu ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, yang pertama adalah peningkatan kesadaran masyarakat, melalui kampanye kesehatan yang masif, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang komprehensif tentang DBD, mulai dari penyebab, gejala, hingga upaya pencegahannya. Pendidikan kesehatan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
      Strategi yang kedua bisa dilakukannya pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Masyarakat perlu didorong untuk aktif terlibat dalam kegiatan PSN dengan melakukan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta membersihkan lingkungan sekitar. Strategi ketiga adalah pengendalian vektor, penggunaan insektisida harus dilakukan secara selektif dan terpadu dengan metode pengendalian vektor lainnya, seperti penggunaan perangkap nyamuk, bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (Bti), dan ikan pemangsa jentik.
      Strategi keempat yaitu surveilans, sistem surveilans yang efektif sangat penting untuk mendeteksi dini kasus DBD dan melakukan respons yang cepat. Data surveilans dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah endemis, mengukur keberhasilan program pengendalian, dan melakukan evaluasi program. Strategi terakhir adalah kolaborasi lintas sektor, pengendalian DBD membutuhkan kerja sama yang erat antara berbagai sektor, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Kolaborasi lintas sektor dapat memperkuat upaya pengendalian DBD dan meningkatkan efektivitas program.
      Demam Berdarah Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks dan multifaktorial. Tantangan dalam pengendalian DBD terus berkembang seiring dengan perubahan lingkungan dan perilaku manusia. Peran kesehatan masyarakat sangatlah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Melalui berbagai strategi yang terintegrasi dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, diharapkan kasus DBD dapat ditekan dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
KATA KUNCI: Demam berdarah, Kesehatan Masyarakat, Pemberantasan sarang nyamuk, Pengendalian vektor, Perubahan iklim.