Hawa panas tidak hanya menyengat kita yang berada di Jakarta ini akibat hujan yang lama tak turun. Hawa panas juga begitu terasa menyengat menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bahkan, semakin memanas dengan kabar terbaru tentang duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.Â
Sangat mengejutkan ketika Anies Baswedan, yang merupakan bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, memilih Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dalam Pilpres 2024.Â
Seperti kita ketahui, sebelumnya di panggung politik telah terbagi menjadi tiga poros yang berbeda. Pertama, PDI Perjuangan mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dengan dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan dua partai politik (parpol) non-Parlemen, yakni Partai Hanura dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).Â
Poros kedua dikuasai oleh Partai Gerindra yang menjadikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden mereka, dengan dukungan dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai parpol non-Parlemen. PKB awalnya juga terlibat dalam koalisi ini.
Namun, perubahan dramatis terjadi ketika PKB dengan tiba-tiba bermitra dengan Anies Baswedan. Anies, yang awalnya berada dalam koalisi politik yang berbeda, yaitu Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kini memiliki cawapres dari PKB.Â
Akibatnya, Partai Demokrat memutuskan untuk keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, sementara PKS masih belum mengambil sikap resmi.
Perubahan ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana peta koalisi Pilpres 2024 akan berubah. Apakah akan ada penambahan poros politik keempat?Â
Menurut Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi, seperti dilansir Kompas.com (2/9/2023), kemungkinan besar poros politik akan bertambah dari tiga menjadi empat setelah Anies menggandeng Muhaimin sebagai cawapres.Â