Kemana Harun Masiku kini berada? Mengapa pihak Kepolisian RI (Polri) dan juga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) belum juga bisa menangkapnya?Â
Apa sih kelebihan orang itu? Apa karena tak ada kelebihan apa-apa sehingga tak perlu susah-susah menghabiskan uang negara untuk mencarinya?Â
Bisa jadi!Â
Namun, kehilangan Harun Masiku justru bisa dikatakan merugikan pemerintah sendiri, khususnya PDI Perjuangan, karena posisi terakhir Harun sebagai kader Partai yang dipimpin Megawati Sukarnoputri tersebut.Â
Ruginya, citra partai jadi buruk karena Harun dianggap  memiliki banyak "rahasia", yang apabila dirinya  tertangkap dianggap akan membahayakan partai penguasa ini. Masa iya, sih?
Ah, itu bisa-bisanya 'framing' lawan politik yang memanfaatkan isu hilangnya tersangka kasus suap anggota KPU itu. Harun Masiku hanya kader PDIP Daerah Sumatera Selatan, bukan elite partai di tingkat pusat.Â
Berbeda dengan Muhammad Nazaruddin, yang ditangkap di Cartagena de Indias, Kolombia pada tanggal 7 Agustus 2011. Nazar merupakan elite Partai Penguasa. Posisinya sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat tentu banyak memegang "kartu truf" semua elite partai, termasuk SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Ibas.
Harun Masiku atau Muhammad Nazaruddin hanya manusia biasa, tidak seperti Satoshi Nakamoto, sosok misterius yang dianggap pencipta Bitcoin, yang keberadaannya hingga kini tak diketahui.
Apa pun itu, untuk memperlihatkan seriusnya penegakkan hukum di negeri ini, sebaiknya aparat hukum kita bisa tanggap dan berupaya keras untuk mengembalikan Harun Masiku ke tempat yang seharusnya, bukan dibiarkan lari kemana-mana yang justru membuat situasi di Tanah Air semakin gaduh tak karuan.