Nah, ada juga komentar dari Pengamat Minyak dan Gas (Migas) Komaidi Notonegoro, yang juga Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, mengatakan bahwa yang bisa beli pertalite hanya pengguna roda dua saja, sedangkan mobil hanya bisa menggunakan BBM non-subsidi.Â
"Subsidi ditujukan untuk masyarakat kurang mampu. Nah kalau sudah mampu beli mobil, masa tidak mampu beli BBM non subsidi," kata Komaidi Notonegoro, seperti dikutip BeritaSatu.com (26/6/2022).
Bahkan, pendapat yang lebih ekstrem datang dari Pengamat Ekonomi Politik Universitas Indonesia Faisal Basri, yang berpendapat pemerintah perlu segera menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) secara bertahap.Â
Menurut mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini, subsidi BBM seperti candu yang membuat konsumen terlena dan menimbulkan ketergantungan.
"Demi kebaikan perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa, secara bertahap subsidi BBM harus dihilangkan," kata Fasial Basri, seperti dukutip CNNIndonesia.com (28/8/2022).
Nah, kesimpulannya ada pada kita semua. Pendapat dua tokoh pemerhati Migas di atas, tentunya penuh dengan kajian akademik, sehingga patut juga dijadikan rekomendasi dan diperhatikan oleh pemutus kebijakan.Â
Namun, semuanya berpulang pada Pemerintah, mana yang terbaik untuk rakyat. Bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk kebaikan negeri ini di masa yang akan datang.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H