Adalah hal yang wajar apabila mereka yang tidak mendukung Anies akan lebih mudah mengamati sepak terjang Anies memimpin Jakarta.Â
Sedangkan bagi pendukung Anies, apa pun yang dilakukan Anies akan selalu tampak indah dan harum mewangi. Itulah pandangan yang semestinya bisa dihindari.Â
Bagaimana pun kritik harus tetap dilakukan kepada siapa pun yang memimpin, karena Jakarta tidak hanya ditinggali oleh orang-orang yang mendukungnya saat Pilkada, tetapi juga mereka yang tidak memilihnya.
Gaya kepemimpinan Anies Baswedan tentu saja tak bisa disamakan dengan gaya kepemipinan para pendahulunya.Â
Mereka yang tidak memilihnya tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu karakter Anies yang sudah dibawa sejak dirinya dilahirkan.Â
Meskipun begitu Jakarta sudah semakin terbuka, sehingga apa pun yang dilakukan pemimpinnya akan degan mudahnya diketahui masyarakat. Berbeda dengan masa-masa lalu.
Adanya sorotan publik terhadap penyusunan anggaran Pemprov DKI Jakarta tahun anggaran 2020, terkait ditemukan banyak kejanggalan,itulah buah keterbukaan informasi yang telah dirintis Pemipin Jakarta sebelumnya, Jokowi-Ahok.
Bagaimana masyarakat tidak dibuat kaget dengan munculnya lima anggaran fantastis, yakni anggaran influencer Rp 5 miliar, pembangunan jalur sepeda Rp 73,3 miliar, pembelian lem Aibon Rp 82,8 miliar, pembelian bolpoin Rp 124 miliar, dan pembelian komputer Rp 121 miliar.Â
Kalau mau jujur, data-data di atas itu begitu menyedihkan. Entahlah, apakah rasa itu juga dimiliki para pemilih Anies ?
Yang lebih menjengkelkan lagi, Anies berkilah  dan mengatakan, meskipun saat ini Pemprov DKI menggunakan sistem digital, pengecekannya tetap manual.Â
Akibatnya, tingkat lolosnya anggaran yang janggal pun terbilang tinggi. Sistem itu, menurut dia, seharusnya bisa dilakukan dengan smart system.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!