Menteri lulusan paket C ini, hanya bisa mengatakan, jabatan politik bisa jadi pintu masuk untuk banyak kepentingan. Lobi-lobi bisa terjadi karena kepentingan bisnis yang ada di baliknya. Baginya, kelautan dan perikanan, khususnya kegiatan yang terkait aktivitas ilegal di laut, bisa dikatakan sebagai bisnis besar.
"It's a big business. It's a big money and almost can buy everything with that money," ujar Susi, seperti dikutip di laman Kompas.com (24/9/2019).Â
Ibu Susi, janganlah bersedih dengan apa yang telah terjadi. Apa yang Ibu telah lakukan selama lima tahun ini, telah membuat kami semua bangga.Â
Karena itu, biarkan kami mengenang karya yang telah Ibu lakukan selama ini untuk bangsa dan negara ini.
Kita semua tak akan mengetahui apa yang akan terjadi dalam lima tahun kedepan, seandainya Ibu Susi tetap sebagai menteri.Â
Bisa jadi, kapal-kapal pencuri ikan itu tak lagi berani datang, sehingga Ibu Susi tak lagi menenggelamkan kapal-kapal itu.Â
Jika itu yang terjadi, masyarakat tak lagi melihat keberanian Ibu Susi. Bukankah kita semua memaklumi, bahwa masyarakat kita terkadang lebih mudah mengingat apa-apa yang buruk yang dilakukan orang, daripada sesuatu yang baik yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, Â peribahasa 'Bagai Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga" begitu populernya di masyarakat kita.
Meski Ibu Susi tak lagi terpilih sebagai menteri, ada hikmah yang begitu besar yang bisa kita ambil, yaitu bahwa kita semua akan mengingat atau mengenang kebaikan-kebaikan yang telah Ibu perbuat untuk bangsa ini, bukan hanya untuk para nelayan, tapi kita semua.Â
Oleh karen itu, jangan bersedih Ibu, biarkan kami tetap mengenang apa yang terbaik yang telah ibu lakukan.
Salam dan terima kasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H