Dalam acara haul Soeharto dan peringatan ke-51 Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu 11 Maret 2017 lalu , Â Titiek Soeharto menyatakan reformasi telah gagal. Setelah 20 tahun reformasi atau berakhirnya Orde Baru, ternyata kondisi negara tak berubah signifikan.
"Enak zaman Soeharto. Aman, gampang cari makan, dan gampang cari pekerjaan," kata Titiek.Â
Sudah cukup...
Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia.https://t.co/G58g7RuE5I--- Titiek Soeharto (@TitiekSoeharto) November 14, 2018
Hubungan antara Partai Berkarya dengan Prabowo Subianto, sebagai pendiri Partai Gerindra, bukanlah hubungan yang biasa saja. Hubungan ini bukan sekadar hubungan antarpartai, tapi ada emosi dan ambisi di dalamnya.
Prabowo sendiri pernah merasakan nikmatnya berada di posisi paling dekat dengan kekuasaan. Jadi, tak mungkin jika ambisi Prabowo yang terus mengikuti kontestasi Pilpres tidak didasari oleh keinginannya untuk kembali menikmati kekuasaan. Kekuasaan itu manis.
Jikalau ada  secercah keinginan mensejahterakan rakyat, itu pun tanpa harus menghilangkan  manisnya kekuasaan, seperti yang terjadi selama 32 tahun rezim Orba berkuasa.  Rezim yang begitu otoriter, dengan KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) sebagai hiasannya.Â
"Mereka mencoba mengakali kemustahilan untuk mengembalikan kekuatan dan kenikmatan yang mereka pernah rasakan," kata Pengamat politik dari Centre for Strategic of International Studies atau CSIS, J. Kristiadi kepada Tempo, Senin, 13 Maret 2017.
Hasilnya apa? Selama 32 tahun memimpin, Â ternyata kekuatan ekonomi dan politik yang ada, hanyalah fatamorgana. Semuanya runtuh dan hancur seketika tatkala gelombang tsunami ekonomi melanda dunia. Rezim yang dilahirkan Soeharto pun jatuh, Indonesia seperti berada pada titik paling nadir.
Jika Anda bertanya kepada saya, mengapa Titiek dan Prabowo tidak lantas kembali rujuk pasca Pilpres 2014 lalu. Jawaban saya, mungkin karena Prabowo gagal meraih kursi orang nomor satu di negeri ini.Â
Namun, bagaimana jika Prabowo berhasil mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019. Jawaban saya, bisa jadi keduanya akan kembali rujuk, karena apa yang membuat mereka berpisah dahulu, sudah mereka temukan kembali.