Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Mau jadi Domba atau Dodol!

26 Oktober 2018   01:02 Diperbarui: 26 Oktober 2018   07:58 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesenian Adu Domba di Garut/KoranJakarta.com

Garut adalah salah satu wilayah di Jawa Barat yang usianya sudah cukup tua. Asal nama Garut pun punya sejarahnya sendiri. Saya tak ingin mengulas perihal sejarah Garut dan lainnya. Silakan Anda membacanya sendiri, mulailah dari laman GarutKab ini. Namun, sayang juga kalau saya tidak menyebut julukan Garut sebagai Swiss van Java.

Garut juga begitu dikenal dengan domba dan dodolnya. Domba merupakan salah satu hewan yang menjadi ikon budaya kota ini. Hewan ini dilombakan, baik dari sisi kekuatannya dengan adu domba ataupun diadu kecantikan dan kesehatannya.

Begitu pula Dodol Garut, yang sudah lama menjadi buah tangan atau oleh-oleh bagi siapa saja mengunjungi Garut. Bahkan, penganan ini berhasil menempatkan Garut sebagai daerah penghasil dodol berkualitas tinggi. Saking terkenalnya, Anda bisa menemukan dodol ini di sebagian besar daerah di Indonesia.

Membuat Dodol Garut/Kontan.co.id
Membuat Dodol Garut/Kontan.co.id
Beberapa hari lalu, tepatnya ketika ada perayaan Hari Santri Nasional, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan peristiwa pembakaran bendera sebuah organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Peristiwa itu menjadi viral, karena narasi pemberitaannya sudah dilencengkan. Yang terjadi adalah pembakaran Bendera HTI, namun yang diviralkan sebagai pembakaran bendera tauhid. 

Mungkinkah di acara yang syarat keislamannya itu, secara sepihak Banser yang  merupakan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia ini membakar sesuatu yang syakral? Tidak masuk di akal.  Masih adakah bendera tauhid? 

Acara Hari Santri itu dihadiri anggota Badan Serbaguna (Banser) NU . Ketika ada salah satu orang yang mengibarkan bendera HTI, tentu saja memancing emosi anggota Banser lainnya. Terjadilah pembakaran bendera yang memang bertulisan kalimat tauhid, yang dikenal sebagai bendera HTI, sebuah ormas yang selama ini mengusung Negara Khilafah. Pengusungan negara Khilafah sendiri jelas bertentangan dengan negara kebangsaan yang kita anut sejak merdeka.

Saya sendiri menyesali aksi pembakaran itu, apalagi sampai terekspos kemana-mana. Kalau ingin menyelamatkan kalimat tauhid dari aksi politis HTI, sebenarnya bisa saja dipendam atau dibakar. Asal jangan sampai terekspos secara bebas di media sosial, sehingga bisa "digoreng" oleh orang-orang yang berkepentingan mengadu domba rakyat kita ini.

Memasuki tahun politik seperti saat ini, kita semua memang harus selalu waspada. Jangan mudah terpengaruh, sehingga begitu mudahnya kita diadu domba dengan sesama saudara sebangsa.

Para politisi, sebaiknya jika ingin merebut hati rakyat, ambillah dengan cara yang santun dan beradab. Kemenangan yang didapat dengan cara mengadu domba atau mengaduk-aduk emosi rakyat, bukanlah sebuah kemenangan, karena rakyat akan terpecah. Siapa pun yang menang akan sulit mewujudkan kesejahteraan rakyat, seperti niat awal tujuannya Anda berpolitik. 

Kalau memang ingin mengadu domba, adulah domba yang memang sudah lama menjadi kesenian dan budaya masyarakat Garut. Atau jika ingin mengaduk-aduk, aduklah bahan-bahan pembuat dodol agar dodol garut semakin dikenal di Indonesia, bahkan dunia.

Ayo Selamatkan Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun