Lantas, apa yang harus ditakuti oleh rakyat Indonesia dari sosok Donald Trump? Bagi Indonesia, yang ditakuti bukan sosok Trump-nya, melainkan pola, perilaku, gaya dan pemikiran ala Trump yang ikut mempengaruhi  beberapa politisi di Tanah Air. Salah satuya, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden nomor urut 02.
Seperti yang diketahui, Â di masa kampanye Pilpres 2019 ini, Prabowo jelas-jelas meng-copy paste jargon kampanye Trump pada Pemilu AS 2016 lalu, Â 'Make America Great Again' diganti 'Make Indonesia Great Again'.
Apa yang dilakukan Prabowo adalah meniru  gaya politik orang lain. Menurut Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding  seorang pemimpin yang baik harus memiliki prinsip sendiri dan tidak meniru gaya orang lain. Dengan meniru gaya kampanye Donald Trump, dikhawatirkan Prabowo kemudian akan  mencontoh kebijakan Trump yang hobi bikin kontroversi, yang  justru membuat Indonesia semakin  gaduh. Pola copy paste semacam ini juga kita temukan di kampanye Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017, dimana beberapa program unggulan Anies Sandi justru meniru apa yang telah dilakukan pendahulunya, seperti Kartu Jakarta Pintar (dijadikan KJP+), dan sebagainya. Tidak mengherankan, karena Anies-Sandi memang didukung oleh Prabowo Subianto.
Kembali ke Prabowo,..
Kembali ke Prabowo yang menggunakan gaya Donald Trump. Dengan meniru gaya Donald Trump, artinya  mantan Danjen Kopassus ini, sedikitpun tidak  tergerak jiwa nasionalismenya sebagai mantan prajurit TNI. Pasalnya, Donald Trump memiliki jiwa dan perangai yang jauh berbeda dengan kultur atau adat istiadat masyarakat Indonesia.
Donald  Trump kerap memproduksi hoaks, fitnah disana sini dan melempar isu bombastis. Jika Prabowo menggunakan cara tersebut, maka sangat jauh berbeda dengan kultur yang berlaku di Indonesia, yang mengutamakan nilai-nilai  kejujuran, tenggang rasa, dan tepo seliro. Donald  Trump yang berada jauh di Amerika Serikat saja kita takuti, apalagi jika Trump hadir di Indonesia, yang ada di dalam sosok Prabowo. Â
Bukankah kita sedikit menyesali kebebasan berpendapat yang kebablasan dan cenderung fitnah/hoaks sebagai akibat reformasi yang tak terjaga. Lantas, mengapa kita justru kembali ingin mencontoh perilaku Trump yang jauh dari adab ketimuran masyarakat kita. Bukankah itu makin membuat bangsa kita terpecah belah?
Semoga Tuhan terus menjaga kita dalam Kebhinekaan dengan tetap bernaung dalam bigkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Merdeka!
Sumber: BBC Indonesia, Liputan6,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H