Mohon tunggu...
Syakirah Nawradita
Syakirah Nawradita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketegangan Geopolitik di Laut China Selatan: Faktor Penyebab dan Dampak Bagi Negara-Negara Sekitar

6 Desember 2024   14:18 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Laut China Selatan adalah kawasan strategis yang menjadi pusat sengketa teritorial antara beberapa negara di Asia Tenggara dan China. Ketegangan yang berlangsung di wilayah ini melibatkan berbagai faktor, yang berakar dari sejarah, ekonomi, dan geopolitik. Situasi geopolitik di Laut China Selatan (LCS) sifatnya rumit dan dapat berubah-ubah dengan cepat. Wilayah tersebut merupakan jalur laut dunia yang sangat penting, dan juga diketahui kaya akan sumber daya alam berupa minyak dan gas. Akibatnya, LCS sangat ingin dikuasai oleh banyak negara di sekitarnya berupa klaim kedaulatan atas beberapa bagian laut tersebut.

Penuntut atau negara yang paling signifikan mengajukan klaim adalah China terhadap kedaulatan hampir di seluruh wilayah LCS berdasarkan peta kuno dan dokumen sejarah, yang dikenal dengan istilah . China telah membangun beberapa pulau buatan di Kepulauan Spratly dan menempatkan kekuatan militernya di sana. Hal ini memicu ketegangan dengan beberapa negara yang juga merasa memiliki hak, yaitu negara Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Amerika Serikat juga merasa punya kepentingan di LCS. Angkatan Laut AS secara rutin melakukan kegiatan operasi pelayaran di wilayah tersebut yang dirancang untuk menantang klaim China. Bahkan AS juga memperingatkan China bahwa negara itu tidak bisa menguasai LCS. Situasi geopolitik di LCS merupakan sumber utama ketegangan di wilayah itu. Merupakan isu yang rumit tanpa ada solusi yang mudah. Namun, penting untuk memahami situasi tersebut dengan tujuan mengembangkan strategi yang efektif di dalam mengelola risiko dan menjaga perdamaian serta stabilitas di wilayah tersebut.

Ada beberapa faktor kunci yang berkontribusi terhadap ketegangan geopolitik di LCS:

  • Pertumbuhan China sebagai Kekuatan Dunia: Saat ini China merupakan kekuatan ekonomi dunia yang kedua, sehingga memiliki kemampuan untuk memperluas kapabilitas milter dan Angkatan lautnya.
  • Klaim Kedaulatan yang Disengketakan: Terdapat berbagai klaim yang saling tumpeng tindih (overlap) terhadap kedaulatan pada berbagai bagian LCS oleh beberapa negara, termasuk China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. Hal ini mengarah pada peningkatan ketegangan dan sengketa pada beberapa negara tersebut.
  • Pentingnya Unsur Strategi LCS: LCS merupakan alur laut utama dan juga dipercaya memiliki kekayaan kandungan sumber daya alam minyak dan gas. Hal ini membuat wilayah itu menjadi area yang sangat diperebutkan, dengan beberapa negara berlomba untuk mengontrol laut tersebut.
  • Kehadiran AS di LCS: AS punya sejarah Panjang dalam hal keterlibatan di LCS dan punya kepentingan yang kuat di dalam menjaga kebebasan pelayaran dan mencegah terjadinya sengketa di antara beberapa negara. Angkatan laut AS secara berkala menerapkan kebebasan operasi pelayaran di LCS yang memang sengaja dirancang untuk menentang klaim China.
  • Ketegangan Geopolitik di LCS merupakan Tantangan Utama dalam Lingkup Regional: Penting untuk dipahami bahwa berbagai faktor yang berkontribusi terhadap semua ketegangan ini adalah dalam rangka mengembangkan strategi yang efektif untuk mengelola risiko dan mendukung perdamaian serta stabilitas di lingkup regional tersebut.

The Nine Dash Line atau Sembilan Garis Terputus (SGT) muncul dalam peta yang dipublikasikan oleh Republik Rakyat China (RRC) untuk menunjukkan batas territorial maritim di LCS. Garis tersebut pertama kali ditunjukkan pada tahun 1947, dan telah digunakan RRC untuk menjustifikasi klaimnya terhadap Kepulauan Paracel, Kepulauan Spratly, dan pulau karang di LCS. SGT tidak dikenal oleh komunitas internasional dan menjadi sumber sengketa beberapa negara di wilayah tersebut, termasuk Vietnam, Filipina, Brunei, dan Indonesia (Kepulauan Natuna). Konvensi Hukum Laut PBB (United Nations Convention on The Law of The Sea -- UNCLOS), yang juga telah diratifikasi oleh RRC pada tahun 1982, tidak mengenal hak negara tertentu untuk mengklaim kedaulatan atas sebagian atau keseluruhan LCS. SGT telah menjadi sumber ketegangan dan konflik di LCS selama bertahun-tahun. Dalam beberapa tahun terakhir RRC telah meningkatkan klaim kepemilikan di wilayah tersebut, dan telah dituduh telah melakukan militerisasi di Kepulauan dan pulau karang Spratly. Hal ini mengakibatkan peningkatam ketegangan dengan beberapa negara di wilayah tersebut, dan kemungkinan akan meningkatnya risiko terjadinya konflik. Patroli kapal induk AS secara berkala dipantau dan dibuntuti kapal penjaga pantai (coastguard) China di sekitar LCS. SGT merupakan isu yang rumit dan kontroversial, sepertinya tidak ada solusi yang mudah. Tampaknya RRC tidak akan melepaskan begitu saja klaimnya terhadap LCS. Sama halnya dengan beberapa negara di wilayah itu sulit untuk menerima klaim RRC. Hal ini berarti SGT akan tetap menjadi sumber ketegangan dan konflik di wilayah tersebut dalam beberapa tahun ke depan.

Dimensi Geopolitik

Ketegangan di kawasan ini melibatkan dimensi geopolitik yang kompleks.

  • Klaim Wilayah: Beberapa negara, termasuk China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei, memiliki klaim tumpeng tindih atas berbagai pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan. China mengklaim hampir seluruh wilayah tersebut melalui "Sembilan Garis Terputus" yang sering kali ditentang oleh negara-negara lain dan dianggap tidak sesuai dengan hukum internasional.
  • Sumber Daya Alam: Laut China Selatan diketahui kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak dan gas, serta merupakan jalur perikanan yang penting. Ketegangan sering kali dipicu oleh pencarian dan eksploitasi sumber daya ini, yang menjadi semakin pentig seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi di Kawasan Asia.
  • Jalur Pelayaran Strategis: Sekitar sepertiga dari perdagangan global melewati LCS. Kontrol atas jalur pelayaran ini sangat penting bagi ekonomi global, dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat yang menunjukkan kepentingan mereka untuk menjaga kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
  • Perang Dingin Baru: Ketegangan di Laut China Selatan juga mencerminkan persaingan antara kekuatan besar, terutama antara China dan Amerika Serikat. AS berusaha untuk mempertahankan pengaruhnya di Asia Tenggara dan mendukung sekutu-sekutunya, sementara China berusaha untuk memperkuat posisinya sebagai kekuatan dominan di Kawasan tersebut.
  • Aliansi dan Diplomasi: Negara-negara di Kawasan ini membentuk aliansi dan melakukan diplomasi untuk memperkuat posisi mereka. Misalnya, ASEAN berusaha untuk menyatukan suara negara-negara anggotanya dalam menghadapi klaim China, meskipun ada tantangan dalam mencapai konsensus.
  • Militerisasi: Pembangunan pangkalan militer oleh China di pulau-pulau yang disengketakan menambah ketegangan. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga dan meningkatkan kehadiran militer AS di Kawasan tersebut.

Dampak Konflik

Ketegangan di Laut China Selatan memiliki berbagai dampak yang signifikan, baik bagi negara-negara yang terlibat langsung maupun bagi stabilitas regional dan global. Berikut adalah beberapa dampak utama dari konflik ini:

  • Keamanan Maritim: Ketegangan yang berkepanjangan di LCS meningkatkan risiko konflik bersenjata antara negara-negara yang mengklaim wilayah tersebut. Hal ini dapat mengganggu keamanan maritim dan mengancam jalur pelayaran yang vital bagi perdagangan internasional. Peningkatan kehadiran militer dan patrol Angkatan laut di Kawasan ini juga dapat memicu insiden yang tidak diinginkan.
  • Ekonomi dan Perdagangan: Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik ini dapat mempengaruhi investasi asing dan perdagangan di kawasan. Negara-negara yang terlibat mungkin mengalami penurunan dalam aktivitas ekonomi, terutama di sektor yang bergantung pada stabilitas maritim. Misalnya, ketegangan dapat menyebabkan peningkatan biaya asuransi untuk pengiriman barang melalui Laut China Selatan.
  • Sumber Daya Alam: Konflik ini juga berdampak pada eksploitasi sumber daya alam, seperti minyak dan gas. Negara-negara yang terlibat dalam sengketa berusaha untuk mengeksploitasi sumber daya ini, yang dapat menyebabkan ketegangan lebih lanjut dan potensi konflik. Hal ini juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan jika eksploitasi dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak ekologis.
  • Dinamika Politik Regional: Ketegangan di Laut China Selatan mempengaruhi hubungan diplomatik antara negara-negara di kawasan tersebut. Negara-negara ASEAN, misalnya, harus menavigasi hubungan mereka dengan China dan AS, yang dapat menyebabkan pergeseran aliansi dan kebijakan luar negeri. Ketidakpastian ini dapat mengganggu upaya untuk mencapai konsensus dalam isu-isu regional.
  • Dampak Sosial: Konflik ini juga dapat mempengaruhi masyarakat sipil, terutama di negara-negara yang terlibat. Ketegangan dapat menyebabkan peningkatan nasionalisme dan ketidakpuasan di kalangan penduduk, yang dapat memicu protes atau gerakan sosial. Selain itu, masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut untuk kehidupan mereka dapat mengalami dampak langsung dari konflik ini.
  • Perubahan Kebijakan Pertahanan: Negara-negara yang terlibat dalam ketegangan ini mungkin merasa perlu untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka dan memperkuat kemampuan militer. Hal ini dapat mengarah pada perlombaan senjata di kawasan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ketegangan lebih lanjut.

Ketegangan di Laut China Selatan mencerminkan kompleksitas geopolitik yang melibatkan klaim teritorial yang tumpang tindih, kepentingan strategis, dan persaingan antara kekuatan besar seperti China dan Amerika Serikat. Wilayah ini, yang kaya akan sumber daya alam dan merupakan jalur perdagangan vital, menghadapi risiko konflik bersenjata yang dapat berdampak luas pada stabilitas regional dan global. Ketidakpastian yang dihasilkan dapat mengganggu ekonomi dan menyebabkan dampak sosial bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut. Oleh karena itu, pentingnya dialog dan diplomasi menjadi sangat jelas, karena upaya untuk mencapai kesepakatan yang menghormati hukum internasional, seperti UNCLOS, adalah kunci untuk meredakan ketegangan dan menciptakan stabilitas jangka panjang di kawasan ini.

DAFTAR PUSTAKA

JOHANNES, R. (2023). PENINGKATAN KETEGANGAN GEOPOLITIK DI LAUT CHINA SELATAN (INCREASING GEOPOLITICAL TENSIONS IN THE SOUTH CHINA SEA). Jurnal Lemhannas RI, 212.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun