Hilana adalah nama  gadis itu, nama yg indah namun tidak sesuai dengan kehidupan yang dialami nya.
Hilana hidup penuh dengan air mata, saat bayi sang ayah meninggal karena sebuah kecelakaan dan sang ibu mati bunuh diri saat Halani berusia 11 tahun.
Sejak saat itu tidak pernah ada senyum kebahagiaan dalam hidupnya, tumbuh menjadi sosok yang menyedihkan dan terpaksa dewasa oleh
keadaan membuatnya enggan berharap apapun pada tuhan.
Hilana hidup dengan pas pas an bekerja menjadi kuli disebuah kebun strawberry,dirinya tidak mampu berkuliah dan tidak memilki teman.
Hilana bahkan sering di-bully oleh orang-orang.
Bahkan Hilana merasa dia berada di bawah standar sebagai manusia.
Suatu hari Hilana begitu sedih dengan kehidupan nya ia menangis dan menyalahkan Tuhan kenapa dia harus mengalami semua kepahitan hidup ini,
"Tuhan apakah engkau begitu membenciku, bahkan tak pernah kau beri satu kebahagiaan padaku, apa salah ku Tuhan?"
Karena kesedihan yang begitu dalam Hilana memutuskan untuk bunuh diri, dia mencoba terjun dari sebuan tebing namun tiba-tiba datang seorang pria yang berkata bahwa " Hilana aku akan membantu kau untuk bunuh diri tanpa rasa sakit"
Hilana yang kala itu sudah tidak mampu berpikir mengikuti pria itu dan pergi kesebuah rumah yang untuk pertama kalinya Hilana rasakan sebuah kehangatan.
Pria tersebut berkata "jika hendak bunuh diri setidaknya bersihkan dirimu
agar saat bertemu Tuhan kamu tidak sekotor ini"
Hilana berkata "aku mungkin tidak akan bertemu Tuhan setelah mati, sepanjang hidup aku terus menyalahkan Tuhan mungkin aku adalah manusia yang sangat dibenci Tuhan, tapi aku akan membersikan diri seperti yang engkau katakan"
Setelah Hilana membersihkan diri pria itu berkata "tidur lah engkau, lakukan niatmu itu besok saja, setidakn ya matilah dalam keadaan bertenaga"
Alani tidur dan bangun keesokan harinya, ia pun bertanya pada pria itu
"bagaimana cara ku mati?"
Pria itu berkata "sebelum mati siram lah tan aman ini, rawatlah dia sampai tumbuh besar dan berbunga, setidaknya sebelum kau mati kau meninggalkan kenangan indah pada dunia"
Akhirnya Hilana memutuskan untuk merawat tanaman itu, hari demi hari ia menyiram, memupuk dan merawat tan aman tersebut Sampai berbunga menjadi indah, yang tanpa sadar Hilana telah meluapkan niat buruknya untuk mati.
Setelah berbulan-bulan pria tersebut berkata pada Hilana "kurasa kau harus menunggu tanaman itu tumbuh menua dan mati terlebih dahulu baru kau berpikir untuk pergi dari dunia ini, teruslah bertahan dan teruslah hidup bankan untuk hal terkecil sekalipun, teruslah hidup untuk melihat tanaman ini tumbuh, teruslah hidup untuk dapat makan setiap hari, teruslah hidup untuk dapat melihat burung terbang setiap hari, mati bukanlah cara terbaik untuk mengakhiri kehidupan suram mu, bisa saja dengan melihat hal terkecil dalam hidupmu dapat membuat kau kuat dan bertahan.
Hilana pun sadar, akhirnya dia memutuskan untuk terus menjalani hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H