Mohon tunggu...
Syakilla Azzahra
Syakilla Azzahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Terhadap Peristiwa G-30S PKI

7 Juli 2024   14:23 Diperbarui: 8 Juli 2024   11:00 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan 30 September (G30S) adalah  peristiwa terkait kudeta yang terjadi pada malam  tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, yang mengakibatkan  enam jenderal dan satu  perwira senior militer Indonesia terbunuh dan jenazah mereka dibiarkan tak bernyawa di sumur tua. Letaknya di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Gerakan ini dipimpin oleh pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit,  dengan tujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan menjadikan Indonesia menjadi negara komunis. Presiden Sukarno menyebut peristiwa ini  GESTOK (Gerakan Oktober Pertama), Presiden Soeharto menyebutnya  GESTAPU (Gerakan 30 September), dan pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto menyebutnya G30S/PKI (Gerakan PKI 30 September berubah). PKI atau Partai Komunis Indonesia diyakini bertanggung jawab atas insiden yang dianggap sebagai pengkhianatan terbesar dalam sejarah Indonesia.

G30S adalah konflik internal AD.  Benedict Anderson dan Ruth McVeigh berpendapat bahwa G30S merupakan puncak konflik internal di tubuh militer Indonesia. Gerakan ini dipandang sebagai pemberontakan para perwira muda militer di Jawa Tengah yang muak dengan gaya hidup pro-Barat dan orientasi politik  para jenderal  Jakarta.

Perwira junior menganggap staf umum di bawah Ahmad Yani terlibat korupsi dan mengabaikan mantan bawahannya. Ahmad Yani dan sejumlah jenderal lainnya merupakan mantan perwira Kodam Diponegoro Jawa Tengah.

Selain itu, ada alasan mengapa para jenderal terus menentang dan menghalangi kebijakan Sukarno.  Selain Benedict Anderson dan Ruth McVeigh, Harold Crouch juga menyatakan bahwa sekitar tahun 1965 militer terpecah menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama menentang PKI, namun berbeda sikap terhadap Presiden Sukarno.

 Fraksi pertama yang dipimpin oleh Ahmad Yani setia kepada Sukarno tetapi menolak kebijakan persatuan bangsa yang diwakili oleh PKI. Fraksi kedua terdiri dari pihak-pihak yang menentang kebijakan Ahmad Yani dan Skalnoisme, di antaranya A.H. Nasution dan Mayjen Soeharto.

Tujuan G30S PKI : menggulingkan rezim Sukarno, menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mengubahnya menjadi negara komunis, melenyapkan tentara TNI, merebut kekuasaan pemerintahan dan menghancurkan tentara TNI, mewujudkan ideologi komunis, Format Menetapkan sistem pemerintahan yang berdasarkan ideologi komunis dan menggantikan ideologi Pancasila. Kudeta Presiden Sukarno menggulingkannya dan menggantikannya dengan pemimpin komunis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun