Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pokok utama dalam menjaga kualitas dan kesejahteraan masyarakat, terutama pada anak-anak yang akan menjadi generasi penerus. Imunisasi yang rutin pada anak, merupakan salah satu upaya untuk menjaga daya tahan tubuh anak/balita dan berpotensi menjadi dasar yang kuat dalam sistem kesehatan masyarakat yang memberikan dorongan akan masa depan yang lebih sehat dan produktif (N. W. E. S. Dewi et al., 2023).
Memberikan vaksin secara teratur kepada anak-anak sebagai bagian dari program imunisasi adalah strategi kesehatan masyarakat yang sangat efisien dalam menurunkan tingkat kematian dan penyakit yang dapat dicegah. Tindakan ini bertujuan untuk memperkuat kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tertentu, sehingga risiko terkena penyakit dan dampaknya dapat dikurangi. Pelaksanaan program imunisasi melibatkan beberapa langkah, termasuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Langkah-langkah dalam penerapan program imunisasi tersebut dapat berjalan secara efektif apabila dikoordinasi dengan baik, maka fungsi pengorganisasian sangat dibutuhkan dalam berjalannya proses tersebut.
Meskipun imunisasi memiliki peranan penting bagi kehidupan anak/balita kenyataannya masih banyak tantangan serius yang perlu ditangani dengan baik, terutama untuk imunisasi anak-anak di daerah pedesaan. Program imunisasi anak di daerah pedesaan dihadapkan pada tantangan yang cukup rumit, seperti kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, faktor sosial dan budaya, serta kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten. Â Dilansir dari sebuah berita VOA Indonesia bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan masih banyak orang tua di Aceh yang tidak ingin anak-anak mereka menerima imunisasi polio dikarenakan hampir 40% orang tua merasa imunisasi vaksin yang diberikan pada anak-anak tidak diperlukan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman tentang penyakit yang akan diderita oleh anak-anak mereka. Alasan para orang tua enggan anaknya diberikan imunisasi vaksin polio juga dikarenakan faktor keyakinan (budaya) dan agama, bahkan faktor tersebut menjadi penyebab utama para orang tua enggan memberikan imunisasi vaksin polio kepada anak-anak mereka.
Tantangan-tantangan tersebut menyebabkan jangkauan imunisasi pada anak-anak di pedesaan menjadi terbatas, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi. Dapat kita lihat betapa pentingnya imunisasi pada anak-anak untuk kesehatannya dalam jangka panjang dan kesejahteraannya dimasa yang akan datang, tetapi dengan adanya tantangan-tantangan tersebut dan pengorganisasian layanan kesehatan yang belum merata khususnya didaerah pedesaan sangat memungkinkan dampak negatifnya terhadap anak-anak.
Terlepas dari adanya tantangan-tantangan tersebut, sebenarnya pemerintah desa/kabupaten telah melakukan cara untuk meningkatkan partisipasi penduduk desa dalam program imunisasi dan memaksimalkan angka imunisasi pada anak/balita. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menyelenggarakan posyandu sebagai fasilitas kesehatan yang memberikan layanan kesehatan termasuk imunisasi khususnya bagi anak-anak pedesaan. Di posyandu juga para orang tua diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan dan kader posyandu guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan gizi yang baik untuk kesehatan anak.
Tetapi mengingat tantangan yang ada dalam memberikan layanan imunisasi anak di daerah pedesaan masih banyak yang belum ditindalanjuti dan belum merata, maka fungsi pengorganisasian yang efektif sangat diperlukan. Pengorganisasian yang baik dapat membantu mengatasi hambatan aksesibilitas, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memperkuat sumber daya manusia yang terlibat dalam partisipasi program imunisasi. Salah satu upaya penting adalah memetakan daerah-daerah yang sulit dijangkau dan membentuk unit layanan bergerak (mobile clinic) untuk menjangkau wilayah tersebut. Data dari Kementerian Kesehatan RI (2021) menunjukkan bahwa hanya 52,7% desa yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar, sehingga pengorganisasian yang matang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan layanan.
Pengorganisasian yang baik dapat meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi secara berkelanjutan. Penelitian Kementerian Kesehatan RI (2019) menemukan bahwa 14,2% masyarakat pedesaan masih memiliki persepsi negatif terhadap imunisasi, sehingga upaya edukasi dan pendekatan yang melibatkan tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan setempat sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam program imunisasi.
Pengorganisasian yang baik juga dapat memperkuat sumber daya manusia dalam program imunisasi di daerah pedesaan. Data Kementerian Kesehatan RI (2022) menunjukkan bahwa rasio tenaga kesehatan di pedesaan hanya 1 orang untuk setiap 100.000 penduduk maka dibutuhkan pelatihan dan pengembangan kapasitas secara berkala, serta keterlibatan kader kesehatan dan relawan masyarakat yang terlatih. Langkah-langkah pengorganisasian perlu dilakukan secara sistematis, termasuk pemetaan komprehensif, pembentukan unit layanan kesehatan bergerak, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Keterlibatan masyarakat dan pelatihan bagi tenaga kesehatan serta relawan masyarakat penting untuk meningkatkan efektivitas program kesehatan. Sistem monitoring dan evaluasi yang kuat diperlukan untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dengan pengumpulan data kesehatan dan analisis yang cermat. Dengan langkah-langkah pengorganisasian yang terkoordinasi, pelayanan kesehatan di daerah pedesaan dapat ditingkatkan untuk memberikan akses yang lebih luas dan layanan yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H