Tulungagung merupakan kota yang biasanya juga dijuluki dengan Kota Cethe karena disetiap sudut desa atau kecamatan tidak terlepas adanya angkringan atau warkop salah satunya di Kecamatan Ngunut. Seberapa ramai Angkringan dan Warkop yang ada di ngunut?
Kawasan Ngunut, yang dikenal sebagai pusat kuliner malam, kini menjadi magnet bagi para pecinta kopi dan makanan sederhana. Puluhan angkringan dan warung kopi (warkop) di sepanjang jalan utama Ngunut terutama di pasar Ngunut ramai dikunjungi, menciptakan suasana malam yang penuh keakraban.
Menurut data dari badan statistik Kabupaten Tulungagung kedai atau warung kopi di daerah Kecamatan Ngunut terdapat 247 pada tahun 2012. Tentunya saat ini semakin bertambah dan beroperasi menjadikannya salah satu kawasan dengan aktivitas kuliner malam paling ramai. Jalan-jalan seperti sekitar pasar Ngunut dan selatan lampu merah selalu dipenuhi pengunjung, terutama pada akhir pekan.
“Kami suka suasana di Ngunut. Banyak pilihan makanan dan tempatnya nyaman untuk ngobrol lama,” ujar laila, mahasiswa yang rutin berkunjung ke angkringan di dekat Stasiun Ngunut.
Salah satu daya tarik utama angkringan dan warkop di Ngunut adalah menu yang sederhana namun menggugah selera. Menu seperti nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, sate tahu, gorengan dan makanan sederhana lainnya menjadi favorit pengunjung. Sementara itu, warkop menawarkan beragam kopi, mulai dari kopi hitam, kopi hijau lokal hingga es kopi susu kekinian.
Harga yang terjangkau, mulai dari Rp3.000 untuk nasi kucing hingga Rp15.000 untuk secangkir kopi, membuat tempat-tempat ini menjadi pilihan utama warga setempat dan pengunjung dari luar daerah. “Kopi hitam di sini enak, terutama kalau dipadukan dengan suasana malam yang santai,” kata Zaky, salah satu pelanggan tetap warkop di Ngunut.
Angkringan dan warkop di Ngunut bukan sekadar tempat makan atau minum kopi, tempat ini juga menjadi ruang sosial bagi masyarakat. Banyak pengunjung datang untuk menikmati suasana malam sambil berbincang dengan teman atau keluarga.
Beberapa warkop bahkan menyediakan fasilitas tambahan seperti WiFi gratis, permainan papan, dan pertunjukan musik akustik. “Kami sering mengadakan acara musik kecil setiap sabtu malam. Pengunjung suka, dan ini juga membuat suasana lebih hidup,” ujar Arif, pemilik salah satu warkop di pasar Ngunut.
Kehadiran angkringan dan warkop di Ngunut turut memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Banyak pemilik angkringan yang menggunakan bahan baku dari petani lokal, seperti beras, kopi, dan bahan makanan lainnya.
“Selain membantu petani, kami juga mempekerjakan warga sekitar. Jadi, usaha ini tidak hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga memberdayakan masyarakat,” kata Ani, pemilik angkringan di Ngunut.