**Doa di Balik Keberhasilan**
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah hijau dan pegunungan indah, hiduplah seorang anak bernama Dimas. Dimas adalah anak yang rajin dan cerdas. Setiap hari, dia membantu orang tuanya, Pak Hadi dan Bu Sari, bekerja di sawah setelah pulang sekolah. Meski hidup sederhana, mereka selalu menyimpan harapan besar untuk masa depan Dimas.
Pak Hadi dan Bu Sari percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Meski biaya sekolah seringkali menjadi beban berat, mereka tidak pernah menyerah. Mereka selalu berdoa dan bekerja keras demi memberikan yang terbaik untuk Dimas.
Setiap malam, setelah Dimas tertidur lelap, Pak Hadi dan Bu Sari duduk di ruang tamu yang sederhana. Mereka menghadap kiblat, mengangkat tangan, dan berdoa dengan tulus. "Ya Allah, kami mohon kepada-Mu, berikanlah kemudahan dan keberkahan dalam langkah anak kami. Jadikanlah dia anak yang sukses, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa," doa Pak Hadi dengan suara serak.
Bu Sari menambahkan, "Ya Allah, kami hanya bisa memberikan yang terbaik dengan kemampuan kami. Kami serahkan segala usaha kami ini kepada-Mu. Berikanlah kekuatan pada Dimas untuk terus berjuang dan belajar dengan giat."
Waktu berlalu, Dimas tumbuh menjadi remaja yang semakin cerdas dan berprestasi. Setiap kali dia menerima penghargaan di sekolah, dia selalu melihat kilatan kebanggaan di mata orang tuanya. Namun, Dimas tahu bahwa perjuangan tidak berhenti di sini. Dia ingin meraih pendidikan yang lebih tinggi dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk orang tuanya.
Setelah lulus SMA, Dimas mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di kota. Meski berat hati berpisah, Pak Hadi dan Bu Sari mendukung penuh keputusan Dimas. Sebelum keberangkatan, mereka kembali berdoa bersama di malam sunyi. "Ya Allah, lindungilah anak kami di perantauan. Berikanlah dia kekuatan untuk menghadapi setiap cobaan dan ujian yang datang," doa Pak Hadi dengan mata berkaca-kaca.
Bu Sari menambahkan dengan suara lembut, "Ya Allah, kami ikhlaskan kepergiannya untuk menuntut ilmu. Jadikanlah ilmu yang diperoleh Dimas sebagai berkah dan manfaat bagi banyak orang."
Selama di perantauan, Dimas tidak pernah melupakan doa orang tuanya. Setiap kali dia merasa lelah atau putus asa, dia selalu ingat nasihat dan doa mereka. Hal itu menjadi semangat baginya untuk terus berjuang.
Empat tahun kemudian, Dimas berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude. Hari wisuda menjadi momen yang paling dinanti oleh Pak Hadi dan Bu Sari. Mereka datang ke kota dengan pakaian sederhana namun penuh kebanggaan. Saat melihat Dimas mengenakan toga, air mata kebahagiaan mengalir di pipi mereka.
Dimas menghampiri orang tuanya, memeluk mereka dengan erat. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Doa kalian yang membuat aku bisa berdiri di sini hari ini," ucapnya dengan suara bergetar.