Mohon tunggu...
Syairazy Awra Azizan
Syairazy Awra Azizan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekuasaan Dinasti Politik

20 Desember 2023   01:55 Diperbarui: 20 Desember 2023   02:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjalanan suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh politik. Yang mempengaruhi perkembangan bangsa dan negara bisa dilihat dari dinamika politik yang positif dan kontruktif. Akan menjadi lemah dan terpuruk ketika bangsa mengalami dinamika politik yang negatif dan bahkan merugikan. Seperti yang dikatakan Harold Laswell, politik merupakan penyelidikan terhadap beberapa aspek negara, sepeti halnya dalam pembentukan dan alokasi kekuasaan. Dinasti politik sudah ada sejak dahulu sekali di negara Indonesia ini. Kemungkinan cerminan dari kelemahan system perwakilan politik yang demokratis, sebab telah menimbulkan kekhawatiran dengan ketimpangan distribusi ketimpangan politik. Dinasti politik lahir dari negara demokrasi kontemporer. Ikatan keluarga yang erat dapat membangun otoritas yang kuat, itulah dinasti politik. Proses melahirkan keturunan dan persaingan dalam politik untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan melalui ikatan darah, perkawinan dalam kelompok dari keluarga besar, merupakan potret dari dinasti politik di Indonesia.

Demokrasi Indonesia mampu dipengaruhi oleh dinasti politik, hal ini suadah ada bukti nyatanya dengan keluarga Cendana. Kegagalan dari partai politik dalam membangun ruang – ruang kaderisasi kemungkinan disebabkan oleh keberadaannya politik dinasti. Penyalahgunaan kekuasaan yang berakibat pada praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme diakibatkan oleh politik dinasti yang dianggap memiliki konotasi yang negative dalam pemerintahan.

Biasanya negara yang berdemokrasi tidak mempunyai dinasti politik, namun Sejarah mengatakan kalau dinasti politik menjadi banyak di negara – negara demokrasi kontemporer. Di negara – negara yang demokratis, setiap warganya harus memiliki hak untuk memilih dan mempunyai jabatan. Negara adalah milik Bersama dan tidak di izinkan jika satu kelompok mengatur kehidupan politik dengan berkedok konstitusi. Setiap warga negara berhak memiliki jabatan public selama ia memiliki kepercayaan politik. Kalau dilihat secara realistis, politik dinasti berkembang dan tumbuh didalam kerangka negara demokrasi. System tidak boleh didasarkan pada kualitas dan kemampuan, tapi dengan kedekatan pribadi, terjadi didalam politik dinasti.

Pada berakhirnya masa Orde Lama, dinasti politik sudah berkembang di negara Indonesia, terutama di Kumpulan keluarga Soekarno. Semua keturunan Soekarno menekuni karir di bidang politik, seperti Megawati Sukarnoputri, Sukmawati, dan Guruh Sukarno. contoh lain fenomena dinasti politik di keluarga Gusdur, karena munculnya saudara kandung dan keturunan kandung Gusdur ke dunia politik. Termasuk juga partisipasi aktif Puan Maharani dalam politik Indonesia sampai diangkat menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), menunjukkan awal mulanya dinasti politik Megawati Soekarnoputri.

Dinasti politik masih berkembang hingga saat ini, Masyarakat umum memandang dinasti politik sebagai virus yang bisa mengancam demokrasi, awalnya Masyarakat memilih Jokowi agar terpilih menjadi presiden dan akan menyembuhkan penyakit dinasti politik, karena Jokowi bukan berasal dari dinasti politik yang kaya raya. Namun semua tanggapan ini ternyata salah, karena Jokowi juga termasuk oleh warisan elite politik yang melaksanakan praktik politik dinasti dan nepotisme. Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, mendapatkan izin mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo., Bobby Nasution, Menantu Jokowi juga diduga bakal menjadi calon Wali Kota Medan, selain putranya. Siti Nur Azizah, putri Ma'ruf Amin, Wakil Presiden RI pada periode 2019 - 2020, menjadi kandidat pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan pada tahun 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun