Mohon tunggu...
Syairazy Awra Azizan
Syairazy Awra Azizan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keharmonisan Anak dengan Keluarga

5 Januari 2022   20:21 Diperbarui: 5 Januari 2022   20:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh, belajar dan berkembang. Anak pada usia dini bebas untuk mengeksplorasikan berbagai rasa ingin tahu yang ada dalam pikirannya, dengan bantuan dari lingkungan dan orang tua. Pada usia tersebut bentuk komunikasi mendapat peran yang sentral, yang berarti keluarga sangat diharapkan peran sertanya sebagai model untuk ditiru oleh anak. fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sehat untuk tercapainya keluarga sejahtera.

Komunikasi antarpribadi berkembang dari prediksi hubungan komunikasi non-antarpribadi yang didasari pada data kultural dan data sosiologis kepada prediksi hubungan yang berdasarkan data psikologis. Partisipan Komunikasi antarpribadi melepaskan atribut-atribut pribadi dimana masing-masing mencoba berusaha untuk mengerti satu sama lain sebagai individu yang menyangkut keinginan, kebutuhan dan nilai pribadi masing-masing, sehingga hubungan dapat berkembang lebih akrab. Peran ibu pada anak sangat besar pengaruhnya. Orang tua harus tetap mengasuh dan mendidik anaknya agar dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Komunikasi antarpribadi antara orangtua dan anak menjadi penting untuk membentuk karakter anak sesuai dengan pola orangtuanya.

Komunikasi antarpribadi yang dijalankan dalam suatu keluarga akan membentuk karakter anak usia dini sampai kelak dewasa. Komunikasi antarpribadi yang biasanya terjadi secara wajar namun tidak dirasakan oleh orang tua bahwa komunikasi tersebut akan membentuk karakter anaknya ketika dewasa. Definisi komunikasi antarpribadi dari para ahli teori komunikasi dan secara alami mengklasifikasikannya dalam dua pembagian, definisi berdasarkan hubungan diadik dan pengembangan (development). Dilihat dari sisi hubungan diadik, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antar dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas, seperti layaknya hubungan anak dan ayah atau anak dan ibu. Sementara itu jika dilihat dari sisi pengembangan suatu hubungan, komunikasi antarpribadi diartikan sebagai bentuk ideal terakhir dari perkembangan suatu hubungan komunikasi nonantarpribadi.

Dalam komunikasi antarpribadi terdapat reduksi ketidakpastian. Untuk mengetahui apa yang diinginkan dan dirasakan oleh anaknya, maka orang tua berusaha untuk mencari informasi. Usaha mencari informasi yang dilakukan orang tua untuk mereduksi ketidakpastian karena ketidaktahuan orangtua membuat dirinya menjadi bingung apa yang harus dilakukan. Proses reduksi ketidakpastian ada dua. Pertama, proses eksplanasi sebagai atribusi yang retroaktif, yaitu proses yang menginterprestasikan arti tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam suatu hubungan tertentu dan menyiapkan informasi atas dasar interpretasi tersebut untuk dijadikan dasar bagi suatu interaksi di masa mendatang. Kedua, prediksi sebagai atribusi yang proaktif, yaitu memformulasikan atau mendefinisikan pilihan-pilihan perilaku dimana tersedia respon secara luas dan beragam bagi individu-individu yang berinteraksi, mitra bicara sudah menyiapkan formula untuk mengantisipasi perilakunya.

Untuk mengurangi ketidakpastian hubungan antara orang tua dan anak biasanya orang tua bertanya langsung kepada sang anak untuk mencari informasi yang sebenarnya atau dengan pengungkapan diri (self disclosure) dari orang tua dan anak. Dalam komunikasi antarpribadi pengungkapan diri (self disclosure) digunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari orang lain agar kita dapat mempelajari bagaimana perasaan dan pikiran orang lain. Sekali seseorang terlibat self disclosure, berarti juga bahwa orang lain akan membuka informasi personalnya. Hal ini diketahui sebagai norma timbal balik.

Dalam hubungan antarpribadi yang berkembang, saling mengungkapkan diri cenderung bersifat timbal balik dan membuat suasana menjadi lebih akrab dari waktu ke waktu. Hal ini yang biasanya menjadi moment keharmonisan didalam suatu keluarga. Pengungkapan diri biasanya terjadi di antara dua orang (dyads). Pengungkapan diri terjadi. Pertama, Individu biasanya selektif memilih orang kepada siapa ia mengungkapkan sesuatu mengenai dirinya. Kedua, sahabat yang kita percaya, yang kecil kemungkinan untuk berkhianat. Ketiga, dalam berinteraksi antara dua orang dalam pengungkapan diri biasanya bersifat simetris. Terjadi keseimbangan antara dua partisipan. Tidak mungkin yang satu bercerita tentang dirinya sedangkan yang lain menampung. Orang biasanya mau mengungkapkan sesuatu kalau dia merasa aman. Keempat, pengungkapan diri menjadi konteks hubungan sosial yang positif, jadi tidak mungkin terjadi pada hubungan sosial yang negatif dimana orang saling mencurigai.

Strategi interaktif merupakan strategi yang baik digunakan orang tua dalam berkomunikasi dengan anaknya. Strategi ini melibatkan interaksi langsung antara orang tua dan anak. Strategi ini tidak hanya dipakai pada interaksi awal saja tetapi juga pada tahap yang sudah akrab untuk membina hubungan yang harmonis. Dalam kasus interaksi ibu dan anak, umumnya menggunakan strategi pencarian informasi yang sifatnya interaktif. Strategi ini tidak hanya dipakai pada interaksi awal saja tetapi juga pada tahap terjadi eskalasi hubungan yang akrab. Orang tua juga mencari informasi tentang anaknya untuk mendapatkan formula yang tepat mengatasi anaknya di masa datang.

proses interaktif reduksi ketidakpastian ada dua. Pertama, proses eksplanasi sebagai atribusi yang retroaktif, yaitu proses yang menginterprestasikan arti tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam suatu hubungan tertentu dan menyiapkan informasi atas dasar interpretasi tersebut untuk dijadikan dasar bagi suatu interaksi di masa mendatang. Kedua, prediksi sebagai atribusi yang proaktif, yaitu memformulasikan atau mendefinisikan pilihan-pilihan perilaku dimana tersedia respon secara luas dan beragam bagi individu-individu yang berinteraksi, jadi mitra bicara sudah menyiapkan formula untuk mengantisipasi perilakunya.

Orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mencari informasi dengan mengamati perilaku anaknya sejak mereka lahir. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anak-anak diinterpretasikan oleh orang tua yang kemudian disiapkan sebagai bahan informasi. Pengalaman interaksi yang sudah dilakukan antara orang tua dan anaknya dapat dijadikan dasar menyiapkan formula untuk mengantisipasi perilaku. Jika anak mereka tidak mau makan, maka orang tuanya juga berusaha mencari informasi kepada anak mengapa tidak mau makan. Perilaku mencari informasi orang tua terhadap anak merupakan usaha mereduksi ketidakpastian orang tua agar dapat mencari solusi untuk mengatasi keadaan jika anaknya tidak mau makan.

Orang tua memiliki strategi yang berbeda dalam memberi penjelasan terhadap anak tentang apa yang terjadi dalam keluarga maupun tentang suatu keadaan dalam arti mengajarkan kejujuran. Pengungkapan tentang keadaan seperti pekerjaan bapak, pekerjaan ibunya, siapa kakek dan nenek, diungkapkan secara jelas kepada anak dilakukan oleh ibu sebagai strategi agar anak dapat mengerti keadaan yang sebenarnya. Informasi dari pengungkapan keadaan diri orang tua tentu diperlukan oleh anak, agar anak tidak merasa ada hal yang disembunyikan dan akan menjadi masalah di kemudian hari. Ibu sebagai orang tua merupakan faktor penting dalam mendidik anak, karena perempuan mempunyai peran stratergis dalam menanamkan nilai-nilai moralitas yang membekali pertumbuhan karakter anak.

Setelah tahu bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses dalam menanamkan karakter kepada anak usia dini, maka segala bentuk komunikasi orangtua dan anak perlu direncanakan agar sesuai dengan yang diharapkan dalam mencapai tujuan membentuk karakter anak. Komunikasi antarpribadi tidak hanya dilakukan dengan kata-kata untuk menanamkan kejujuran, nilai moral dan agama tetapi juga dalam bentuk perilaku atau teladan serta tindakan yang menunjukkan kasih sayang kepada anak seperti mengelus, menggendong dan menepuk untuk memberikan motivasi kepada anak. Karakter yang terbentuk dari bawaan karena latar belakang budaya sang anak dibentuk dari keluarga. Jadi, anak bisa berkembang sesuai dengan karakter akar budayanya. Pendidikan yang bersifat universal dapat dibuat seragam dalam pendidikan namun budaya adi luhur yang bersifat kearifan lokal sudah selayaknya untuk dipelihara, misalnya kebersamaan dalam keluarga, rasa malu bila melanggar norma yang berlaku, takut jika berbuat salah dan mencintai keluarga besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun