Mohon tunggu...
Syaira Widya Pramesthi
Syaira Widya Pramesthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Konten makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memayet Kebaya Menjaga Tradisi dan Menggerakkan Ekonomi

10 Juni 2024   19:19 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:35 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Troso, yang terletak di kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah, merupakan sebuah desa yang memiliki potensi besar dalam bidang kerajinan tangan, khususnya dalam memeyet kebaya. 

Di desa ini, keahlian memayet kebaya telah diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi salah satu kearifan lokal yang menjadikannya terkenal. Kegiatan memayet kebaya, yaitu menghias kebaya dengan payet atau manik-manik, telah menjadi mata pencaharian sampingan bagi ibu-ibu di desa ini. Keahlian ini tidak hanya memeperkaya budaya lokal, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi desa.

Tidak hanya dari segi ekonomi, keterampilan memayet kebaya juga memiiki aspek sosial yang signifikan. Kegiatan ini sering menjadi ajang berkumpul bagi ibu-ibu, menciptakan ruang untuk saling berbagi cerita, menguatkan ikatan sosial, dan memberikan dukungan moral satu sama lain. 

Selain itu, keterampilan ini juga membantu melestarikan budaya dan identitas lokal, mengingat kebaya adalah salah satu simbol kebanggaan budaya Indonesia. Melalui karya tangan mereka, ibu-ibu ini berperan sebagai penjaga tradisi yang berharga.   

Keahlian memeyet kebaya yang dimiliki ibu-ibu di desa Troso adalah hasil dari proses belajar yang panjang dan intensif. Mereka belajar sejak usia muda, biasanya dimulai dari pengamatan terhadap ibu atau nenek mereka yang sedang membuat kebaya payet. Keterampilan ini tidak hanya melibatkan ketelitian dan kesabaran, tetapi juga kreativitas tinggi dalam merangkai motif-motif yang indah. Hasil karya mereka sering kali menunjukkan kualitas yang sangat baik, dengan desain yang unik dan detail rumit.

Selain keterampilan teknis, ibu-ibu di desa Troso juga memiliki kemampuan dalam berinovasi dan mengikuti mode tren terkini. Mereka tidak hanya membuat kebaya tradisional, tetapi juga beradaptasi dengan permintaan pasar yang terus berubah. Misalnya, mereka dapat mengkombinasikan payet dengan bahan-bahan modern atau mencipakan desain yang lebih minimalis sesuai dengan selera pasar saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing dipasar yang lebih luas. 

Potensi besar ini didukung oleh adanya kelompok-kelompok usaha bersama yang fokus pada produksi dan pemasaran kebaya payet. Melalui kelompok ini, mereka bisa saling berbagi pengetahuan, sumber daya, dan strategi pemasaran. Pengembangan potensi desa ini juga membuka peluang bagi generasi muda untuk melanjutkan tradisi sekaligus mengembangkan usaha kreatif di bidang fashion. 

Secara keseluruhan, potensi desa yang dimiliki dalam bidang memayet kebaya sangat besar dan menjanjikan. Keahlian yang telah diwariskan turun-temurun ini bukan hanya sekadar keterampilan tangan, tetapi juga merupakan aset budaya dan ekonomi yang sangat besar dan berharga. Dengan dukungan yang tepat dan inovasi yang berkelanjutan, desa Troso dapat terus berkembang sebagai pusat kerajinan kebaya payet yang diakui baik dalam negeri maupun di luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun