Mohon tunggu...
Syailendra Fii Sulaiman
Syailendra Fii Sulaiman Mohon Tunggu... profesional -

Dokter Umum. Sedang menjalani S2 Biomedik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Fenomena Penipuan Kandungan Protein dalam Suplemen

11 Oktober 2014   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413006010949905024

[caption id="attachment_365628" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi (Shutterstock/Kompasiana)"][/caption]

Apakah anda yakin kandungan protein dalam suplemen anda benar-benar seperti yang tercantum dalam label yang tertera ?

Protein adalah salah satu bahan kandungan suplemen pembentuk otot yang saat ini semakin tenar penggunaannya seiring dengan meningkatnya minat masyarakat dalam berolahraga, terutama bidang bina raga. Jika anda penggemar olahraga pasti bahan suplemen yang satu ini sudah tidak asing lagi. Produk ini digunakan tidak hanya untuk para pemuda-pemudi yang ingin mendapatkan bentuk perut sixpack, tetapi juga untuk para olahragawan yang sedang cutting (menurunkan persentase lemak tubuh) dan bulking (meningkatkan massa otot tubuh).

Mayoritas suplemen protein tersebut berasal dari whey, yang merupakan produk sampingan dari susu. Beragam merk suplemen menawarkan kandungan protein yang bervariasi, mulai dari 10 gram protein dalam takar sajian 100 gram hingga 27 gram dalam takar sajian 30 gram, dengan klaim manfaat dan harga yang berbeda-beda.

Seiring dengan meningkatnya permintaan akan protein, harga bahan baku (whey) juga ikut meningkat. Di tengah ketatnya kompetisi antar produsen suplemen dan melonjaknya harga bahan baku untuk protein, muncullah beberapa pihak yang menggunakan cara “legal” untuk meningkatkan kandungan protein dalam produknya tanpa menggunakan protein asli.

AMINO SPIKING

Mungkin ada sebagian dari para pembaca yang pernah mendengar istilah “AMINO SPIKING / PROTEIN SPIKING’’. Amino spiking adalah teknik meningkatkan protein total suatu produk dengan menggunakan asam amino eksterna/tambahan. Sebagai contoh, suplemen merk A mengklaim jumlah protein total per sajian adalah 22 gram, jika produk tersebut menggunakan teknik amino spiking maka jumlah protein yang anda dapat bukanlah 22 gram, justru di bawahnya, missal 10 gram, dengan 12 gram adalah asam amino sebagai filler.

Terdengar seperti bualan ?

Baik, mari kita runtut secara ilmiah bagaimana hal tersebut dapat berlaku.

Metode pengukuran kandungan protein yang paling sering digunakan oleh AOAC International adalah Kjeldahl. Metode yang ditemukan oleh Johan Kjeldahl pada 1883 ini meskipun seringkali digunakan sebagai standar pengukuran protein, sayangnya tidaklah mengukur kandungan protein secara langsung, akan tetapi hanya mengukur kandungan nitrogen produk tersebut.

Disinilah asam amino tambahan tersebut berperan. Beberapa produsen menambahkan asam amino seperti taurin, glisin, keratin, leusin dan berbagai asam amino lain dengan klaim akan mempercepat pertumbuhan otot dan sebagainya, dimana bagian nitrogen asam amino tersebut akan dikenali sebagai kandungan total nitrogen beserta protein. Hasil akhirnya adalah kandungan protein total yang lebih tinggi daripada aslinya.

Polemik ini semakin diperparah dengan fakta bahwa beberapa asam amino tersebut terhitung beberapa kali lipat “protein” dibandingkan protein asli. Hal ini terjadi karena untuk mendapatkan nilai total “protein” suatu produk, jumlah nitrogen total perlu dikalikan dengan faktor konversi yang ada. Sebagai contoh, pada produk dairy, faktor konversi yang digunakan adalah 6,38. Hal ini akan berimbas pada nilai total “protein” yang dihitung. Untuk mempermudah penggambaran seberapa besar efek factor konversi tersebut akan saya beri contoh untuk salah satu asam amino yang sering dipakai dalam amino spiking dengan dalih meningkatkan kekuatan otot, yaitu kreatin.

Kreatin / C4H9N3O2

Molar mass : 131,13 g/mol

1 gram taurin = 0,00762602 mol

Karena ada 3 molekul nitrogen dalam rumus kreatin, maka dapat dianggap bahwa dalam 0,00799041 mol taurin terdapat 0,02287806 mol nitrogen.

Massa nitrogen dalam kreatin= jumlah mol nitrogen x molar mass nitrogen

= 0,02287806 mol x 14.0067 g/mol

= 0,32044612 gram nitrogen

Persentase nitrogen dalam kreatin = (0,32044612 g / 1 gram taurin) x 100%

= 32,044612 %

Jadi 32,04% bagian dari kreatin adalah nitrogen.

Tahap terakhir adalah mengetahui hasil bacaan nitrogen tersebut sebagai “protein” total.

Faktor konversi dairy adalah 6,38, hal ini dikarenakan karena rerata produk dairy memiliki kandungan nitrogen sebanyak 15,67% untuk tiap protein.

Untuk menghitung seberapa besar kreatin terhitung sebagai protein :

Total “protein” = persentase nitrogen kreatin : persentase rerata nitrogen protein dalam dairy

= 32,044612 : 15,67

= 2,044

Jadi, 1 gram kreatin akan terhitung sebagai 2,04 gram “protein”

Hal yang sama juga berlaku untuk asam amino lainnya, yaitu :


  • 1 gram glisin terhitung sebagai1,19 gram “protein”


  • 1 gram taurin terhitung sebagai 0,71 gram “protein”

Bagaimana ? Apakah pembaca sudah mendapat gambaran seberapa parah teknik ini menipu pembacaan total protein ?

Memang ada beberapa asam amino yang bermanfaat, seperti kreatin dan leusin, tetapi bukan berarti mereka perlu diikutkan dan dicampur ke dalam perhitungan protein total produk.

Bayangkan anda membeli produk B, protein per sajinya adalah 27 gram, setelah anda baca komposisinya, ternyata mengandung kreatin dan taurin, bisa saja anda hanya mendapat 10 gram protein, dengan sisanya adalah 5 gram kreatin dan 10 gram taurin. Perlu diketahui, harga asam amino rata-rata jauh lebih murah dibanding whey.

Pertanyannya adalah “Apakah anda sebagai konsumen rela ditipu seperti itu ? Bagaimana cara menghindarinya ?”

Berikut tips cara mencegah tertipu suplemen dengan Amino Spiking:


  • Baca komposisinya, apakah mengandung asam amino tambahan atau tidak


  • Standar FDA menyatakan bahwa urutan penulisan bahan dalam komposisi mengikuti urutan besar kecilnya persentase bahan tersebut. Jika ada asam amino yang tertulis di bagian awal, di dalam blend/ campuran whey, harap waspada.


  • Memang kreatin terbukti meningkatkan performa, tetapi untuk lebih amannya, belilah kreatin dalam bentuk tersendiri, bukan tercampur dalam protein anda.


  • Penulis tidak akan membeberkan merk-merk yang dicurigai amino spiking, silahkan pembaca menilai sendiri menggunakan wawasan yang telah anda baca, lagipula sudah mulai ramai di US beberapa produsen yang dituntut karena amino spiking.

Sekian, semoga informasi tersebut bermanfaat bagi anda semua. Penulis juga tidak terlepas dari kesalahan, mohon saran dan kritiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun