Pendahuluan
Dalam dunia kontemporer yang penuh dengan rumit dan tantangan, peran seorang sarjana tidak terbatas pada pencapaian akademik. Mereka juga harus dapat menggunakan pengetahuan mereka untuk membangun kehidupan yang bermakna. Salah satu filsuf terbesar sepanjang masa, Aristotle, memberikan pemahaman mendalam tentang kebahagiaan (eudaimonia), yang dapat membantu para sarjana menjalani kehidupan yang bermakna dan berkualitas.Â
Â
Apa itu Etika Kebahagiaan Aristotle?
Menurut Aristotle, etika kebahagiaan, atau eudaimonia, adalah konsep yang jauh lebih dalam daripada sekadar kesenangan atau kepuasan sementara. Menurutnya, kebahagiaan sejati adalah tindakan jiwa yang selaras dengan keutamaan (virtue) sempurna dalam kehidupan sepanjang hayat. Kebahagiaan adalah cara hidup yang aktif dan berkelanjutan, bukan hanya kondisi mental atau emosional. Â
Aristotle menganggap kebahagiaan memiliki beberapa ciri utama:Â
1. Aristotle menganggap kebahagiaan sebagai aktivitas. Dia percaya bahwa kebahagiaan bukanlah kondisi pasif; sebaliknya, itu adalah aktivitas yang melibatkan pengembangan dan penggunaan kapasitas manusia secara optimal. Untuk seorang sarjana, ini berarti terus-menerus belajar dan memperoleh keterampilan baru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Â Keutamaan harus dibangun di atas keutamaan intelektual dan moral. Keutamaan intelektual mencakup pengetahuan praktis dan teoretis, sedangkan keutamaan moral mencakup kebijaksanaan, keberanian, dan keadilan.Â
3. Doctrine of the Means-Keseimbangan dan Moderasi diajarkan oleh Aristotle. Ini menekankan betapa pentingnya untuk menemukan keseimbangan antara dua ekstrem dalam setiap aspek kehidupan.Â
Mengapa Etika Kebahagiaan Aristotle Penting bagi Sarjana?
1. Pembentukan Karakter Profesional: Memahami dan menerapkan etika kebahagiaan Aristotle sebagai sarjana dapat membantu membentuk karakter profesional yang kuat. Ini termasuk mengembangkan kejujuran, integritas, dan komitmen untuk keunggulan dalam bidang keahlian masing-masing. Â