[caption caption="Sumber: nasional.sindonews.com"][/caption]
Sering saya begini, "Eh, kemarin aku pinjem kamu lima ratus rupiah ya?" tanyaku pada salah seorang rekan.
"Halah, cuma lima ratus rupiah kok. Aku juga gak nagih." Sungut rekanku itu.
Tersenyum simpul saja diriku. Mungkin temanku merasa sedikit 'tersinggung' atas pertanyaanku tadi.
Mungkin juga, dibenaknya berfikiran, apakah dirinya terlihat bakhil banget, sampe utang yang nilainya nggak seberapa gitu bagi dirinya, aku tanya. Mungkin begitu dalam benaknya.
"Kawanku, bukannya apa-apa. Sungguh, aku tau kok kebaikan hatimu, hanya saja, bukankah ketika kau ber-'akad' denganmu, aku menyatakan, 'aku pinjam uangmu lima ratus rupiah', begitu bukan?"
"Ya", jawab dia seakan menunggu penjelasanku.
"Nah, artinya, malaikat nyatetnya aku minjem kamu. Yang artinya, nilai berapa pun itu, mau besar atau kecil pun, aku punya utang sama kamu."
Tambahaku, "Jadi aku kembalikan utangku padamu. Aku nggak mau, matinya 'nggak keren' karena terhambat masuk surga karena hutang yang secuil itu. Aku inget kisah seorang yang mati Syahid, yang artinya apa, orang syahid, ia dijamin masuk surga. Seorang mati Syahid saja bisa 'gagal' masuk surga gegara perkara ini (lihat : Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang. (HR. Muslim no. 1886))."
"Bahkan sampai Rasul pun, enggan menyolatkan orang yang punya beban utang. Begini kisahnya, kurang lebih, 'Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?'
Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.”
Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”.
Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.”
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya.
Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia.”
Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.”
Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”
Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.”
Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.