Â
Korupsi sebagai tindak pidana extra ordinary crime setiap hari selalu mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksudkan adalah semakin 'liar' namun lebih rapih dilakukan oleh pelakunya. Liar artinya menjangkiti seluruh elemen negeri ini dan rapi karena semakin sulit perkara diusut karena berbagai keterbatasan aturan-aturan.
Pemberantasan tindak pidana korupsi memang harus dilakukan upaya-upaya dan penanganan yang lebih ekstra dibandingkan penanganan pada tindak pidana biasa. Beberapa hal dikemukakan oleh penulis, yang perlu menjadi perhatian serta kajian dalam memaksimalkan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dalam banyak literatur pidana, sulit dalam menerapkan sebuah tindakan intrepretasi perluasan, sehingga kepastian yang diharapkan hadir pada pidana khususnya pidana formil menjadi bias. Namun, bukan berarti pidana anti dengan terobosan sehingga pidana hanya akan diterapkan secara stricta. Dalam penerapan pidana, masih diizinkan untuk dilakukan inovasi dalam pembuktiannya.
Sebagai pintu gerbang proses pidana penyidikan memerlukan sebuah upaya terobosan dalam penerapannya. Penyidikan dalam tindak pidana khususnya tindak pidana korupsi seringkali menemui 'tembok tebal'. Oleh karena itu, suatu rule-breaking dalam penyidikan khususnya penyidikan dalam tindak pidana korupsi dianggap amat perlu. Salah satu terobosan yang dapat diterapkan adalah dengan memasukkan hipnotis dalam tahapan penyidikan.
Penggunaan teknik hipnotis digunakan untuk menggali informasi yang disembunyikan oleh tersangka. Penyidikan dengan langkah hipnotis ini dilakukan kepada tersangka yang memberikan keterangan secara berbelit-belit atau kepada saksi yang diundang KPK yang mana saksi tersebut dinilai menjadi saksi kunci. Dengan demikian diharapkan kesulitan dalam penyidikan dapat sedikit demi sedikit terpecahkan.
Teknik Hipnotis dalam Penyidikan, Mungkinkah diterapkan?
Hipnotis adalah kegiatan oleh seseorang yang melakukan proses hipnosis (memberikan sugesti) terhadap subjek. Dalam arti lain, hipnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis. Sedangkan hipnosis forensik (hipnoforensik) adalah salah satu cabang ilmu hipnosis yang fokus pada penggalian data/memori (memory retrieval) dipikiran bawah sadar subjek. Metode hipnosis tersebut menggali keterangan maupun pengakuan yang sulit dilakukan pada saat otak yang diperiksa dalam keadaan sadar dengan gelombang otak pada posisi beta.
Frekwensi gelombang otak manusia setiap saat berbeda tergantung pada kondisinya, gelombang beta berada diantara 12-25 Hz dimana ini adalah kondisi terjaga, sedangkan gelombang alfa berada pada 8-12 Hz yang merupakan kondisi relaksasi, kemudian gelombang tetha berada pada 4-8 Hz dimana seseorang sedang berada pada kondisi relaksasi yang sangat dalam.
Sejarah hipnoforensik bermula pada tahun 1845 di Perancis. Seorang pemilik toko yang mengalami perampokan dalam memberikan keterangan menggunakan teknik hipnoforensik. Sehingga dengan jelas dapat menceritakan kronologi perampokan tersebut, yang membuat polisi dapat mengungkap kasus dengan cepat.