Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Guru yang suka menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Stop Doom Spending, Cara Bijak Atasi Kecemasan Ekonomi demi Stablitas Keuangan

2 Oktober 2024   09:13 Diperbarui: 2 Oktober 2024   09:15 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Doom Spending (detkedu)

 Mengatasi Kecemasan Ekonomi dengan Bijak: Hentikan Doom Spending dan Kelola Keuangan Secara Efektif (Ahmad Syaihu)

Kecemasan ekonomi adalah salah satu masalah yang belakangan ini kerap dialami oleh banyak orang, terutama di tengah ketidakpastian global dan meningkatnya biaya hidup. Kondisi ini sering kali membuat seseorang merasa terjebak dalam kekhawatiran yang berlarut-larut, seperti takut kehilangan pekerjaan, menghadapi inflasi yang melonjak, atau melihat tabungan semakin menipis. Salah satu bentuk respons yang banyak orang lakukan dalam menghadapi kecemasan ekonomi adalah berbelanja secara impulsif---fenomena yang dikenal dengan istilah doom spending.

Apa itu Doom Spending?

Doom spending adalah perilaku di mana seseorang membeli barang-barang atau jasa secara impulsif sebagai cara untuk mengatasi kecemasan atau perasaan tidak nyaman terkait kondisi ekonomi mereka. Meskipun pada awalnya berbelanja mungkin memberikan rasa nyaman atau kepuasan sesaat, perilaku ini justru dapat memperburuk situasi finansial dalam jangka panjang. Akibatnya, orang yang terjebak dalam doom spending sering kali merasa lebih cemas setelah berbelanja karena sadar bahwa pengeluaran tersebut tidak sepenuhnya diperlukan, dan justru menambah beban keuangan.

Ilustrasi Doom SPending (Redaksiku)
Ilustrasi Doom SPending (Redaksiku)

Mengapa Doom Spending Bisa Terjadi?

Doom spending biasanya terjadi sebagai bentuk pelarian dari realitas ekonomi yang menekan. Misalnya, seseorang yang khawatir dengan masa depan keuangannya mungkin merasa bahwa membeli barang-barang baru akan memberinya perasaan kontrol atau kebahagiaan sementara. Namun, ketika pengeluaran ini tidak sesuai dengan kemampuan finansial, hal itu justru akan memperparah kecemasan yang mereka rasakan.

Berikut ini adalah beberapa penyebab umum mengapa doom spending bisa terjadi:

  1. Tekanan Sosial: Kehidupan di era digital membuat banyak orang merasa perlu mengikuti tren atau gaya hidup yang ditampilkan di media sosial. Hal ini menciptakan tekanan sosial untuk membeli barang-barang yang mungkin sebenarnya tidak diperlukan.

  2. Kepuasan Instan: Saat membeli sesuatu, otak melepaskan dopamin, hormon kebahagiaan. Meskipun efeknya hanya sementara, banyak orang merasa tergoda untuk mengulangi perilaku ini ketika mereka merasa stres atau cemas.

  3. Kurangnya Pengendalian Diri: Dalam situasi yang penuh tekanan, banyak orang sulit mengontrol diri mereka dan akhirnya melakukan pembelian impulsif yang tidak direncanakan.

Dampak Doom Spending pada Keuangan

Dampak utama dari doom spending adalah memburuknya kondisi keuangan seseorang. Pengeluaran yang tidak terkontrol, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti meningkatnya hutang kartu kredit, berkurangnya tabungan, atau kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Selain itu, perilaku ini juga dapat memicu stres tambahan, karena orang yang terjebak dalam doom spending biasanya merasa menyesal setelah melakukan pembelian.

Jika perilaku doom spending tidak dihentikan, kondisi ini bisa mengarah pada siklus kebiasaan buruk yang sulit diputus. Pada akhirnya, kecemasan yang awalnya diatasi dengan berbelanja akan kembali dengan intensitas yang lebih besar, disertai dengan penyesalan dan rasa bersalah karena kondisi keuangan yang memburuk.

Tips Menghentikan Kebiasaan Doom Spending

Jika Anda menyadari bahwa Anda terjebak dalam doom spending, berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda mengendalikan perilaku tersebut dan mengelola keuangan dengan lebih baik:

  1. Buat Anggaran Keuangan yang Ketat: Langkah pertama yang harus diambil adalah membuat anggaran bulanan yang jelas. Tentukan berapa banyak uang yang harus dialokasikan untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan pengeluaran tambahan. Dengan anggaran ini, Anda dapat lebih sadar akan kemampuan keuangan Anda sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.

  2. Evaluasi Kebutuhan vs. Keinginan: Sebelum melakukan pembelian, tanyakan pada diri sendiri apakah barang yang akan dibeli merupakan kebutuhan atau hanya keinginan. Jika barang tersebut tidak benar-benar diperlukan, pertimbangkan untuk menunda atau bahkan membatalkan pembelian.

  3. Berikan Waktu Sebelum Membeli: Salah satu cara efektif untuk mencegah pembelian impulsif adalah dengan memberikan jeda waktu sebelum membeli barang. Misalnya, tunggu 24 jam sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Jika setelah waktu tersebut Anda masih merasa barang tersebut penting, barulah pertimbangkan untuk membelinya.

  4. Cari Alternatif yang Lebih Murah: Pertimbangkan untuk membeli barang bekas, menyewa, atau meminjam barang dari teman atau keluarga. Langkah ini tidak hanya menghemat uang, tetapi juga membantu mengurangi perilaku konsumtif yang berlebihan.

  5. Cari Sumber Ketenangan yang Lain: Jika Anda merasa cemas atau stres, cobalah untuk mencari cara lain dalam mengatasi emosi tersebut selain berbelanja. Meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman dapat membantu mengurangi kecemasan tanpa harus mengeluarkan uang.

  6. Hapus Aplikasi Belanja: Salah satu pemicu utama doom spending adalah kemudahan akses ke aplikasi belanja online. Dengan menghapus aplikasi-aplikasi tersebut dari ponsel Anda, godaan untuk berbelanja impulsif bisa berkurang

    Wasana Kata
    Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, khususnya di kalangan kelas menengah, mempengaruhi daya beli masyarakat. Banyak orang yang merasa harus terus mengikuti standar gaya hidup yang ditampilkan oleh media, meskipun hal ini tidak sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Dalam situasi seperti ini, penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan berhati-hati terhadap jebakan doom spending.

Selain itu, kebiasaan doom spending dapat menjadi salah satu indikator bahwa daya beli masyarakat tidak seimbang dengan kondisi ekonomi sebenarnya. Ketika masyarakat cenderung menghabiskan uang untuk kebutuhan sekunder, padahal kebutuhan pokok belum sepenuhnya terpenuhi, hal ini mencerminkan adanya ketidakstabilan dalam perencanaan keuangan.

Pada akhirnya, kemampuan untuk mengelola keuangan dengan bijak dan menghentikan kebiasaan doom spending menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks

Salam sehat keuangan, 2 Oktober 2024

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun