Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Guru yang suka menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hampa di Tengah Suara RUU Pilkada

26 Agustus 2024   21:36 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di batas senja, suara tak terjawab,
RUU Pilkada tertatih, terbungkam waktu,
Janji demokrasi terurai dalam bayang,
Hampa melingkar, menggantung di langit biru.

Di meja-meja, kata-kata kehilangan arah,
Perdebatan tak berujung, tiada kepastian,
Suara rakyat tercekik dalam kebisuan,
Hampa merambat, menghujam ke dasar hati.

Pernah ada harapan yang terbang tinggi,
Kini ia jatuh, terempas di jalan sunyi,
Mata-mata kosong menatap layar kaca,
RUU Pilkada menjadi bayangan kelam.

Tak ada riuh, hanya bisikan yang tertebar,
Lelah sudah memohon, lelah sudah menunggu,
Hampa semakin nyata, menguasai ruang,
Masa depan terdiam dalam tanya tak berjawab.

Di lorong parlemen, janji tinggal janji,
Setiap suara tak sampai ke ujung mimpi,
Hampa mengalir dalam sidang tak bermakna,
Seolah demokrasi kehilangan denyutnya.

Angin membawa kabar, tak ada yang berubah,
RUU Pilkada terdiam dalam retorika,
Hampa menyelinap di setiap kata yang kosong,
Masa depan kita tertahan di simpang jalan.

Pernah ada semangat yang menyala terang,
Kini hanya tersisa abu dalam diam,
Hampa menari di atas reruntuhan harapan,
RUU Pilkada menjadi saksi kesunyian.

Kita berdiri di tepi jurang ketidakpastian,
RUU Pilkada, bayangan yang tak kunjung jelas,
Hampa menggema dalam ruang-ruang kosong,
Mengikat kita dalam lingkaran tanpa ujung.

Tak ada lagi yang bisa diucapkan,
Hampa telah merasuki seluruh relung,
RUU Pilkada hanyalah angan yang terhenti,
Di balik dinding-dinding parlemen yang beku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun