Malam Jumat: Rindu dalam Sepi Malam
Di bawah langit yang kelam dan dingin,
Malam Jumat merayap, sunyi mendalam,
Angin berbisik, merayap di sela bayang,
Membawa rindu yang tak kunjung padam.
Jejak-jejak langkah, seakan hilang,
Di balik remang, di balik kabut,
Rindu terselip di antara bintang,
Berkilauan dalam sepi yang kian menyusut.
Malam ini, rindu tak bertepi,
Mengisi setiap sudut hati yang kosong,
Mengalir lembut seperti air sungai,
Menghidupkan kenangan yang telah membeku.
Di bawah sinar bulan yang pucat,
Kucari bayanganmu di antara kegelapan,
Namun hanya hening yang kujumpai,
Menelusuri tiap sudut malam ini.
Hati merintih, lirih tanpa suara,
Dalam diam, kuhadirkan kembali wajahmu,
Seperti mimpi yang tak pernah usai,
Berputar dalam benak yang tak kenal waktu.
Bintang bersinar, namun jauh dari jangkauan,
Seperti dirimu, yang kini tak tergapai,
Namun dalam malam yang hening dan panjang,
Aku tetap merajut asa di tiap hela napas.
Malam Jumat, begitu sunyi dan dalam,
Menggantungkan kerinduan yang tak terucap,
Seakan waktu berhenti sejenak,
Memberi ruang bagi hati untuk mengingat.
Setiap hembusan angin yang menyapa,
Adalah bisikan rindu yang tak tertahan,
Menghantarkan pesan dari hati yang sepi,
Yang merindukan hadirmu di sini.
Di penghujung malam, saat fajar mendekat,
Rindu tetap menyala dalam hati yang rapuh,
Malam Jumat ini menjadi saksi bisu,
Cinta yang tetap hidup meski dalam sepi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H