Ada bayang mengintai, begitu jahat.
Langkah kaki berdetak di jalan sepi,
Malam ini terasa begitu mencekam, tak terperi.
Di sudut rumah tua, pintu berderak,
Suara berbisik, jiwa terjebak.
Angin malam membawa aroma busuk,
Gemetar hati, tubuh terasa kaku.
Lentera redup, cahaya hampir padam,
Dalam gelap, ada sosok hitam.
Mata merah menyala, penuh amarah,
Rasanya jantung berhenti, tanpa arah.
Jerit kengerian melengking di udara,
Bayang setan menghantui, tiada tara.
Tak ada tempat bersembunyi, semua nyata,
Malam Jumat ini penuh bahaya.
Bagian 2: Humor di Malam Jumat
Namun, di tengah ketakutan yang mencekam,
Ada kisah lucu yang hadir dalam diam.
Hantu berambut panjang tersandung kabel,
Tertawa keras, merasa dirinya bebal.
Pocong menari-nari, jatuh terjerembab,
Berusaha bangkit, malah terlelap.
Gendruwo tersedak oleh biskuit basi,
Mengeluh kesal, "Kenapa aku yang sial begini?"
Kuntilanak nyasar di tengah jalan raya,
Dikejar anjing, lari terbirit-birit, terlena.
Si Manis Jembatan Ancol tertawa terbahak,
Menyaksikan kawannya terjerembab di lumpur pekat.
Di balik kengerian, tawa terpecah,
Malam Jumat ini penuh ceria.
Ketakutan dan humor, berpadu indah,
Memberi warna di malam yang gelap.
Dalam setiap jerit, ada tawa lepas,
Ketakutan berubah menjadi canda puas.
Malam Jumat ini, penuh kejutan,
Di kegelapan, ada canda penuh tawa dan harapan.