Dua bulan terakhir sepakbola di negeri kita ini menjadi topik yang selalu gayeng untuk dibahas. Sebut saja mulai dari gagalnya PSSI menggelar FIFA U-20 World Cup, kasus kanjuruhan, hingga yang kabar terbaru PSSI belum memiliki pembukuan akuntansi yang baik.Â
Bicara soal laporan keuangan tentunya ini sudah masuk ke wilayah dapur instansi. Tak ayal jika ada yang beranggapan bahwa karakter dari suatu rumah tangga (red; institusi) ditentukan dari pengelolaan dapurnya. Mulai dari ekonomi, tata kelolanya dan pembukuannya. Bukti sepakbola adalah olahraga yang paling banyak digemari adalah topik obrolan selalu ada ketika nongkrong di angkringan, sambil minum es teh dan makan gorengan.
Beberapa bulan lalu PSSI secara resmi dinakhkodai Erick Thohir. Seseorang yang konon disebut punya pengalaman malang melintang di dunia sepakbola. Bagaimana tidak, dia pernah menjadi seorang petinggi klub Inter Milan.Â
Secara pengalaman sudah tidak diragukan lagi. Tapi yang perlu diingat bahwa saat ini yang dia tangani adalah sepakbola Indonesia. Industri sepakbola yang masih berkembang dan terus bertumbuh baik dari segi kualitas manajemen maupun di lapangan hijau. Lihat saja kompetisi liga 2 dan liga 3 diberhentikan buntut kejadian di Kanjuruhan. Sebuah peristiwa yang dialami tim liga 1 tetapi liga lainnya juga kena imbasnya. Sebagai seorang yang bukan pengamat sepakbola saya tidak bisa menganalisa terlalu dalam agar tidak dikira buzzer bayaran.
Tersebar berita di media bahwa PSSI melakukan Audit Forensik Acouunting. Bagi yang bukan mahasiswa akuntansi, akuntansi forensik itu satuan keilmuan bidang keilmuan akuntansi yang menjelaskan tentang laporan keuangan secara mendalam dan aktual.Â
Artinya ada proses hulu ke hilir yang bisa melibatkan people (pelaku) sampai pada komunikasinya mereka. Sehingga dapat menghasilkan informasi permasalahan secara aktual sesuai fakta yang ada di lapangan. Ibarat di dunia kedokteran, forensik itu seperti autopsi gitulah. Sebagai lulusan akuntansi saya terpanggil untuk juga memberikan komentar. Hanya sebagai komentar bukan opini sebab masih ada senior akuntan yang lebih pakar.
Tim audit forensik memberikan hasil temuannya bahwa PSSI dari sejak 2017-2019 tidak melakukan pembukuan keuangan. Kemudian tahun 2019-2023 sudah ada pembukuan akuntansi secara manual. Pembukuan akuntansi fungsinya adalah pencatatan keuangan semua transaksi keuangan hingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga pengguna akuntansi keuangan mengetahui arus kas atau aktivitas keuangan.Â
Cukup disayangkan hal ini terjadi di institusi sepakbola nasional kita. Â Sebab, bagaimana sepakbola negeri ini bisa maju jika manajemen sepakbolanya masih jauh dari harapan baik. Muncul rasa penasaran, ada berapa klub yang ikut kompetisi liga yang sudah menerapkan sistem akuntansi di pembendeharaannya.
Suatu kewajaran umum tentu yang diketahui banyak kalangan akademisi. Bahwa suatu institusi yang bagus juga tidak terlepas dari tata kelola keuangan yang bagus pula serta laporan keuangan yang akuntabel serta transparan. Â
Maka pembukuan yang akuntabel dan transparan jadi sesuatu yang wajib dilakukan. Â Tenaga akuntansi profesional mulai penting untuk dilibatkan dalam manajemen sepakbola. Bukan saja di tubuh PSSI tetapi juga bagi klub seluruh sepakbola Indonesia. Sehingga bisa diharapkan lebih baik kedepannya, tidak ada lagi berita klub nunggak gaji pemainnya, klub tidak berlanjut karena tidak ada sponsor dan lainnya. Setidaknya dengan adanya laporan keuangan yang sesuai pedoman dan menggunakan sistem yang baik semuanya tersaji sacara profesional kemudian dapat membantu dalam pengambilan keputusan manajemen.
Seiring berkembangnya waktu akuntansi pun juga mengalami perkembangan dan penyesuaian terhadap isu yang sedang beredar khususnya dalam isu lingkungan hidup. Muncullah saat ini Green Accounting atau Environmental Accounting (akuntansi hijau) ialah memasukkan faktor biaya lingkungan kepada perusahaan. Di dalamnya ada jenis akun lingkungan hidup seperti dampak lingkungan, block chain limbah, dan akun pemeliharaan lingkungan bahkan sampai pada investasi pemeliharaan lingkungan. Green Accounting lahir sebagai bentuk respon pada proses perubahan iklim di dunia yang kian meresahkan.