Green Accounting bisa jadi pilihan untuk diterapkan dalam entitas sepakbola di di Indonesia. Kenapa demikian? Memang sih ini belum ada uji validasi secara ilmiah, Tetapi ada alasan logisnya. Mari kita hitung berapa ton sampah makanan yang dihasilkan setiap satu kali pertandingan di stadion, pencemaran lingkungan dengan banyaknya sampah plastik yang tersisa, kemudian populasi udara yang tercemar akibat petasan atau flayer yang dinyalakan setiap pertandingan. Itu hanya sebagian contoh yang kerap terjadi di setiap helat pertandingan.
Prinsip green Accounting tidak terlepas dari lingkungan, sosial dan ekonomi. Begitu pula sepakbola tidak bisa dilepaskan dari tiga hal tersebut. Â Green Accounting senantiasa akan memasukkan biaya-biaya atau anggaran lingkungan seperti biaya perawatan lingkungan stadion, biaya kebersihan dan sampah plastik. Begitu juga faktor sosial, adanya anggaran untuk melakukan pendekatan sosial dengan suporter, masyarakat sekitar untuk memberikan rasa keamanan dari oknum suporter.
Karena masyarakat sekitar juga akan merasakan euforianya seperti keramaian, parkiran dan lainnya sehingga komunikasi sosial bisa terjalin dan mengurangi kasus kekerasan dalam sepakbola. Begitupula dengan ekonomi, UMKM juga akan merasakan empeknya. Berapa juta omzet yang mereka bisa hasilkan ketika menjual minuman keliling di dalam stadion. Semuanya adalah bentuk tanggung jawab sosial bagi manajemen klub.
Kemudian yang tak kalah pentingnya juga dalam pengukuran green accounting terdapat pengukuran aktivitas asset linkungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Hal ini penting untuk mengetahui seberapa urgensi sebuah keputusan  diambil terhadap dampak lingkungan yang ada. green Accounting akan mengubah paradigma serta prilaku bahwa sepakbola sejatinya berinteraksi langsung dengan lingkungan. Kemudian didukung dengan anggaran khusus di manajemen klub.
Walaupun saat ini belum ada penilaian khusus seperti akuntansi keuangan konvensional namun menjadi lebih baik untuk memulai menerapkan green Accounting di laporan keuangan sepakbola. Karena sepakbola bukan sekedar olahraga atau industri bisnis melainkan menyatukan emosional sosial yang ditimbulkan dengan adanya perhelatan sepakbola. Maka tidak heran jika ada suporter yang begitu fanatik sekali pada klub yang digemarinya.Â
Maka lingkungan sosial juga akan terkelola dengan baik jika diimbangi dengan anggaran dan pengajian laporan keuangan yang berorientasi lingkungan hidup berkelanjutan. Saatnya sepakbola ramah lingkungan dan sosial dimulai dari penyajian laporan keuangan yang akuntabel, handal, dan transparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H