Benar saja jika sekarang organisasi mahasiswa sudah mulai ditinggalkan. Alasannya beragam, organisasi mahasiwa kuno, sudah tidak relevan dan tidak bisa mendukung pada proses akademiknya yang dia jalani. Ini juga jadi keadaan darurat bagi usaha warung kopi, pasalnya kegiatan ngumpul organisasi mahasiwa lebih sering di lakukan di warung kopi. Jika mereka sudah mulai tidak ada kumpulan wah alamat sepi warung kopinya. Yaowah akan bertambah pengganguran dari warung kopi.
Saat ini kampus sudah lebih mengarahkan mahasiswanya untuk magang di industri. Bagi mahasiwa hal ini tentu sangat menarik perhatiannya karena akan dikenalkan pada dunia nyata, dunia kerja. Persyaratannya tentu sudah maklum diketahui yaitu IPK harus mencapai minimum tiga koma. IPK ini biasanya diperoleh ketika mahasiswa aktif masuk kelas, aktif bertanya dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
Kondisi ini sedikit banyak akan membuat mahasiwa mikir dua kali untuk ikut organisasi. Tau dong betapa fanatiknya jika sudah terlanjut ikut organisasi?
Setelah kuliah harus ikut rapat, malam harus ngerjakan tugas kuliah, apalagi ketika ada acara organisasi lebih memilih izin tidak masuk kuliah. Jika sudah sering izin maka bisa ditebak apa kata dosen tentang IPK kita.
Kuliah sambal kerja, juga jadi alasan yang sering ditemui saat ini. Â Tidak ada yang salah dengan alasan ini. Bahkan bisa jadi kewajiban jika memang biaya kuliah dan ongkos ngopi sudah tidak disubsidi orang tua. Sudah capek kerja jarang tidur, siangnya harus kuliah. Mana sempat ikut organisasi yang super padat. Ya gak bisa lah! Al hasil hanya masuk groupnya saja tapi jarang bisa ikut kumpul.
Organisasi mahasiswa sebenarnya penting untuk perkembangan pola fikir dan keluwesan pada situasi yang cepat berubah. Ikut magang di industri manapun jika kita punya basiK yang bagus itu juga akan jadi bekal. Seperti komunikasi, administrasi, dan juga analisis problem solving. Masak iya kita magang hanya jadi tukang fotocopy dan tukang ketik saja. JIka itu tujuannya ya tidak apa-apa.
Bisa jadi lima tahun lagi kita akan jarang menjumpai mahasiwa semester dua belas atau bahkan empat belas. Telat lulus dengan alasan mau menyelesaikan kepengurusan atau masih ingin menaiki tangga karir organisasi di atasnya. Bukan berarti saya mendukung pola semacam ini. Tapi perdebatan cepat lulus, ikut organisasi dapat apa, aktivis bisa langsung dapat kerja ketika lulus akan kita rindukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H