Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Menulis dari Pesantren Guluk-guluk

26 Desember 2014   03:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berawal dari membaca tulisan Bapak Much Khoiri di buku "Unesa Bermartabat", saya ingin sedikit berbagi pengalaman yang pernah saya dengar. Saya mengatakan demikian karena teknik yang ingin saya tuliskan ini berasal dari pondok pesantren di Guluk-Guluk, bukan pondok pesantren di mana saya belajar.

Saya mulai belajar menulis sudah sejak duduk di bangku SMP tapi tidak pernah tuntas. Maksud saya, saya hanya ikut mood sesaat. Sewaktu masih kelas satu SMP Nurul Jadid, saya belajar menulis puisi. Alhamdulillah, meskipun saya belajar tanpa guru, satu puisi saya yang berjudul "Yang Terlepas dan Yang Terhempas" dimuat di Buletin Sidogiri. Kemudian pada waktu duduk di kelas dua SMP, saya belajar ke dua orang guru. Moh Siddik dan Samawi A. Su'udi namanya. Masih belajar menulis puisi. Namun waktu itu saya tidak pernah memublikasikan tulisan saya.

Baru setelah saya hampir lulus SMP, saya kembali menulis puisi untuk ikut lomba menulis di MA Miftahul Ulum. Sebuah sekolah yang tidak jauh dari sekolahku. Alhamdulillah, puisi saya yang berjudul "Ibu" lolos sebagai nomor dua. Pertama kali ikut lomba menulis dan lolos sebagai juara.

Satu hal yang perlu saya ceritakan di sini adalah setiap saya menyukai sesuatu maka saya selalu berusaha mencapainya hingga saya merasa lelah. Saya pun banyak bertanya tempat-tempat dan daerah-daerah yang mendukung terhadap tercapainya keinginan saya itu.

Karena waktu itu saya suka menulis, maka informasi yang saya dapatkan adalah ada pondok pesantren yang memang gandrung terhadap dunia kepenulisan. Sebuah pondok pesantren yang telah banyak melahirkan penulis-penulis sastra ternama. Ia adalah pondok pesantren yang ada di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

Akhirnya, saya pun bertanya-tanya seperti apakah pesantren tersebut mendidik para santrinya sehingga suka menulis. Sebab dalam bayangan saya waktu, ketika mendengar kata pesantren tentu yang menjadi topik utama adalah kitab. Para santri disibukkan dengan kitab dan hidup mandiri sehingga sulit untuk beraktivitas yang lain. Yang ada dalam kehidupannya hanya mengaji, berwirid, dan salat berjemaah.

Rasa penasaran itu saya bawa hingga saya masuk ke MAN Sumenep. Bahkan rasa itu semakin besar ketika samakin banyak para penulis yang saya kenal berasal dari pesantren di Guluk-Guluk. Misalnya, M. Faizi, Faruqi Munif, Sofyan Rh. Zaid, dan lain-lain.

Saya bertanya pada beberapa teman yang memiliki pengetahuan lebih tentang gaya belajarnya di sana. Satu hal yang kemudian saya temukan dari cerita teman saya. Terlepas apakah cerita itu benar atau tidak, namun tampaknya cerita ini dapat dijadikan contoh untuk diterapkan di lembaga yang ingin mendorong mahasiswanya menulis.

Model Buku Besar

Model yang digunakan di sana adalah model buku besar. Setiap kelas memiliki sebuah buku besar yang pemegangannya bergilir setiap hari. Setiap orang yang mendapat giliran memegang buku tersebut, wajib menulis di buku itu. Tulisan tidak dipaksa, bebas. Boleh puisi, cerpen, esai, atau artikel.

Pada hari berikutnya, buku itu digilir lagi ke teman yang lain. Begitu seterusnya. Sehingga dalam satu minggu minimal ada enam tulisan di buku itu. Berarti dalam satu bulan ada sekitar tiga puluh tulisan yang terkumpul. Dalam satu tahun ada tiga ratus enam puluh tulisan. Bukankah itu sudah menjadi buku yang cukup tebal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun