Artificial Intelligent (AI) berkembang semakin pesat. Layanan chat bot AI memberikan banyak kemudahan. Namun, sebagai sebuah teknologi, tentu selalu bermata dua. AI akan memberikan manfaat luar biasa bagi siapa pun yang mampu menggunakannya dengan baik. Sebaliknya, AI akan menjadi bencana bagi siapa pun yang gagal memanfaatkan sesuai fungsinya.
Dunia pendidikan pun tak luput dari manfaat AI ini. Para pendidik harus berpikir keras dalam memberikan soal untuk mengetes tingkat pemahaman pelajarnya. Sebab AI bisa memberikan jawaban yang luar biasa terhadap soal-soal yang diberikan di kelas. Alhasil, para pendidik menghadapi tantangan dalam mengukur kemampuan peserta didiknya.Â
Sisi Negatif
Jika peserta didik tidak mampu menggunakan AI dengan bijak, daya kreativitas mereka terancam. Mereka akan malas berpikir kreatif dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi. Buat apa berpikir kalau setiap masalah bisa dijawab dengan bantuan AI?
Akibatnya, kemampuan berpikir kritis peserta didik akan tumpul. Kemampuan untuk bernalar akan lemah. Mereka akan terjerat malas berpikir yang dapat merembet pada malas berkarya dan lemah secara mental.
Hal itu akan membahayakan dirinya di masa depan. Jika tidak segera diantisipasi, ketergantungan mereka terhadap layanan AI terus meningkat. Padahal tak semua persoalan hidup dapat diatasi dengan AI. Ada banyak persoalan mental dan kemanusiaan yang tidak bisa diselesaikan dengan AI.
Sisi Positif
Namun, kita tidak bisa memungkiri bahwa AI memberikan dampak positif yang banyak bagi kehidupan. Melalui AI, kita bisa memiliki tambahan alternatif jawaban terhadap setiap persoalan.
Selain itu, kita juga bisa melakukan brainstorming ide kalau pikiran terasa buntu. Kita tinggal minta bantuan AI untuk mengajukan beberapa ide. Kemudian kita bisa memilih dan mengembangkannya.
Asalkan bisa memanfaatkan dengan bijak untuk meningkatkan kapasitas diri tentu banyak manfaat yang bisa didapatkan melalui AI. Intinya, tetaplah pandang AI sebagai alat, bukan sebagai subjek yang bisa mengendalikan kita.
Oleh karena itu, di tengah maraknya AI, kita harus tetap berusaha istikomah dalam aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan daya kreatif dan kritis kita. Aktivitas berkarya secara orisinil, membaca, dan menulis harua tetap dilakukan.Â