Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Memantik Kembali Api Semangat dalam Diri

1 Juli 2024   15:08 Diperbarui: 1 Juli 2024   15:51 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa pun yang terjadi, api semangat untuk terus menjadi lebih baik harus terus menyala. Ketidakpastian ekonomi memang terkadang membuat orang stres. Lapangan kerja lebih sedikit daripada jumlah pencari kerja. Belum lagi kemajuan teknologi informasi yang menimbulkan persaingan semakin ketat.

Akibatnya, semakin banyak orang yang menempuh jalur instan. Mereka ingin mencapai tujuan finansial dengan cepat dan instan. Sayangnya, tak ada yang instan di dunia ini. Semua memerlukan proses. Bahkan, tak jarang apa yang didapatkan seimbang dengan yang diberikan.

Hasil yang dahsyat tentu seimbang dengan perjuangan yang dahsyat pula. Bukan hanya keringat yang bercucuran, namun air mata dan darah pun bisa jadi harus dipertaruhkan. Artinya, untuk mencapai hasil yang diinginkan, tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan, kesungguhan, ketangguhan, dan kegigihan.

Orang yang menempuh jalur instan ternyata telah banyak menimbulkan kerugian. Tidak hanya rugi kepada dirinya sendiri, tapi juga kepada orang lain. Di antara jalur instan yang dimaksud adalah penipuan, judi, hingga hal-hal lain yang jelas-jelas melanggaran aturan. 

Beberapa hari yang lalu, ramai diberitakan tentang seorang perempuan yang diduga bunuh diri di rel kereta api. Sebelum melakukan bunuh diri, orang tersebut sempat menelepon pihak radio dan meminta pihak radio untuk melakukan edukasi tentang penipuan kepada masyarakat. Pasalnya, orang tersebut telah kehilangan banyak uang akibat penipuan online yang dialaminya.

Oleh karena itu, kita harus lebih hati-hati dalam melangkah. Kita harus pastikan untuk dapat mengendalikan emosi. Jangan sampai kita terjerumus ke dalam kehancuran hanya karena mengedepankan emosi dalam menghadapi ujian. Sebab sesuatu yang dihadapi secara emosional cenderung tidak memberikan hasil yang baik. Sebaliknya, sering kali menimbulkan masalah-masalah baru yang lebih besar.

Apabila kita merasa sulit mengendalikan emosi maka sebaiknya jangan memutuskan apa pun. Lebih baik redam dulu emosi yang dapat membakar pikiran sehat itu. Bisa diatasi dengan menyendiri untuk sementara waktu, berwudu, atau shalat. Biarkan emosi tersebut redam dan akal bisa berpikir dengan sehat kembali.

Kita harus percaya bahwa tak ada masalah yang tidak ada solusinya. Solusi terbaik dari setiap masalah adalah menghadapinya dengan tenang. Kabur dari masalah sering kali justru menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Apalagi berputus asa, justru dapat menyebabkan kita semakin terpuruk.

Kita perlu senantiasa memantik api semangat setiap saat. Ketika masalah menghadang pun, kita harus percaya bahwa masalah hanya bagian dari proses kita untuk tumbuh dan berkembang lebih baik. Masalah ada media untuk menempa diri kita agar lebih tangguh dan kuat.

Di dalam agama kita juga telah diperingatkan bahwa manusia akan selalu dihantui rasa khawatir tentang anak, harta, dan tahta. Jadi, kekhawatiran terhadap masa depan tentang tiga hal itu adalah wajar dan dialami oleh setiap orang. Kita tidak perlu merasa menjadi manusia yang paling gagal dan terpuruk. Setiap orang memiliki masalah dan kekhawatirannya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun