Semalam seorang teman menyambangi tempat tinggal saya. Dia sedang bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan kitchen equipment. Karena itu, dia sering bertemu dengan eksekutif-eksekutif atau owner-owner perusahaan.
Sebelumnya, dia sudah gonta-ganti pekerjaan di berbagai perusahaan. Mulai dari perusahaan retail, kosmetik, handphone, hingga daging. Dari pengalamannya, dia memang ahli di bidang penjualan.
Sayangnya dia suka gonta-ganti pekerjaan meskipun di setiap perusahaan dia selalu mencapai, bahkan melebihi target yang ditentukan perusahaan. Dia cepat bosan terhadap satu pekerjaan, namun beruntungnya dia sangat cepat menemukan pekerjaan baru.
Di antara pertanyaan saya kepadanya semalam adalah bagaimana seorang owner berpikir dan bertindak. Dia tidak memberikan secara spesifik karena tentu saja jawaban terhadap pertanyaan itu memerlukan pendekatan yang lebih intensif dan mendalam.
Menurut dia, owner-owner perusahaan yang pernah dia temui dan pahami adalah gila membaca. Mereka banyak membaca sehingga memiliki wawasan yang luas dan mendalam. Mereka mengerti strategi, struktur, produk, hingga pemasarannya. Mereka juga detail dalam melihat sesuatu.
Di lain kesempatan, dia bercerita bahwa pernah bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki aturan unik. Kebetulan di tempat itu dia diangkat menjadi manajer. Alhasil dia memiliki interaksi lebih dekat dengan ownernya.
Di perusahaan tersebut, sang owner mewajibkan para manajernya membaca buku minimal satu bulan satu buku. Kemudian hasil bacaan tersebut harus diresume dan dipresentasikan pada waktu yang telah ditentukan.
Mendengar kisah itu, saya jadi ingat pidato Dato' Tohir, owner Mayapada Group. Dalam sebuah pidatonya dia bercerita bahwa setiap pagi dia membaca tujuh koran. Dia mengisi dirinya dengan pengetahuan terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan lain.
Bahkan para owner perusahaan dunia pun konon sangat gila membaca. Warren Buffet membaca buku 600-1000 halaman setiap hari. Bill Gates membaca 50 buku setiap tahun. Mark Zuckerberg membaca buku baru setiap dua minggu sekali. Dan, masih banyak lagi yang lain.
Dari kisah-kisah tersebut, tak mengherankan bila para orang hebat memiliki cara berpikir yang berbeda. Mereka mampu melihat sesuatu secara lebih komprehensif dan detail sehingga melahirkan sudut pandang yang unik.