Kita telah mengenal Tuhan dengan berbagai sifat yang diinformasikan oleh Al-Qur'an, hadis, dan para ulama. Namun, di antara sifat Tuhan yang sering kita lupakan adalah sifat perhitungan. Kita lebih sering mengingat sifat kasih sayang-Nya.
Sebenarnya Tuhan amat perhitungan dalam berbagai hal. Kita bisa amati bagaimana Tuhan amat teliti melakukan perhitungan terhadap penciptaan makhluk-Nya. Dari hal terkecil, misalnya atom, hingga alam semesta.Â
Perhitungan Tuhan selalu presisi. Tidak pernah salah. Sebagai contoh, bagaimana Tuhan memperhitungkan dengan teliti lintasan tata surya sehingga jarak matahari dan bumi berada pada titik yang pas. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila jarak keduanya lebih dekat atau lebih jauh.
Di Al-Qur'an pun kita menemukan banyak keajaiban. Para ulama telah menunjukkan bagaimana Al-Qur'an memiliki ketelitian dan kepresisian yang luar biasa. Sesuatu yang tak mungkin dilakukan oleh manusia. Misalnya, dalam hal jumlah ayat-ayat tertentu maupun dalam kesesuaiannya dengan fakta di lapangan.
Terhadap amal manusia, Tuhan pun sangat teliti dalam mengadakan perhitungan. Sekecil apa pun amal yang dilakukan manusia, kelak pasti akan dihisab, akan dihitung. Semua akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal yang dilakukan.
Di Al-Qur'an kita menemukan bahwa amal sekecil biji sawi pun akan mendapatkan imbalan dari Tuhan. Semua tidak akan luput dari pandangan Tuhan. Semua tidak bisa disembunyikan.
Jangankan amal yang kasat mata, gerak hati pun tetap masuk dalam perhitungan Tuhan. Mungkin saja seseorang tampak baik di hadapan banyak orang, namun bila hatinya menyimpan keburukan maka bersiaplah untuk menerima hisab-Nya yang amat teliti.
Kita tidak mungkin dapat menghindar dari pengawasan Tuhan. Kita akan selalu berada dalam jangkauan-Nya. Oleh karena itu, kita perlu selalu berhati-hati. Kita jangan pernah merasa aman ketika melakukan keburukan. Sebaliknya, kita jangan pernah merasa menyesal ketika melakukan kebaikan.
Ketika kita lalai sehingga terjerumus melakukan keburukan, sebaiknya segera memohon ampun kepada Tuhan. Mungkin tak ada orang yang melihat keburukan kita, tapi jangan mengira Tuhan tidak mengawasi. Mungkin kita mengira keburukan itu kecil, tapi jangan mengira tidak akan diberi balasan.
Kita jangan pernah mengentengkan suatu kesalahan walaupun menurut kita itu kecil. Sebab sikap mengentengkan itu justru akan menjadi penyebab kesalahan kita berubah menjadi kesalahan yang besar. Sikap semacam itu amat tercela dan dapat menimbulkan petaka yang besar.