Dunia pendidikan tidak pernah statis. Dia selalu dinamis mengikuti perubahan zaman. Meskipun banyak yang mengeluhkan bahwa ganti menteri pasti ganti kurikulum, namun tidak ada yang dapat menyangkal bahwa perubahan memang harus dilakukan. Justru berbahaya bila perubahan tidak dilakukan. Kita akan terancam semakin ketinggalan. Terlepas dari kepentingan-kepentingan hawa nafsu yang menumpangi setiap proses perubahan yang dilakukan.
Sebagai contoh, dulu kita mengenal tiga pusat pendidikan. Kita meyakini bahwa pendidikan anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tiga lingkungan tersebut sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila tiga lingkungan tersebut baik maka anak pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya, bila tiga lingkungan tersebut kurang baik maka anak tersebut akan berpotensi untuk tumbuh dan berkembangan dengan kurang baik.
Akan tetapi, teknologi informasi berkembang sangat pesat. Pada tahun 2000-an, di perpustakaan SMP tempat saya belajar, saya pernah menemukan sebuah puisi yang bercerita tentang dampak televisi terhadap anak. Kotak segi empat itu rupanya diam-diam juga memberikan pendidikan terhadap anak. Anak-anak belajar dari televisi kemudian mempraktikkannya di dunia nyata.
Mungkin kita masih ingat pada tahun 2000-an saat televisi banyak menayangkan kompetisi smackdown. Banyak anak yang mengidolakan atlet tertentu dan kemudian melakukan smackdown secara serampangan di sekolah. Mereka meniru adegan yang ada di televisi tanpa pengawasan.
Kini, kondisi semakin berbeda. Mungkin televisi sudah bukan alat yang menarik bagi anak-anak. Hadirnya smartphone jauh lebih mengasyikkan. Media sosial dan game-game online menjadi sesuatu yang membuat banyak anak mengalami kecanduan.
Kita bisa menyaksikan betapa anak kecil saat ini begitu pandai berkata-kata yang kurang baik akibat dari pendidikan game online. Kita juga bisa menyaksikan betapa banyak anak kecil yang pandai bersolek dan berprilaku kurang baik akibat pengaruh media sosial. Bahkan, lebih celaka lagi banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat pengaruh media sosial.
Bisa jadi kita melihat anak-anak tidak keluar rumah. Mereka mendekam di kamar. Dulu mungkin keadaan semacam itu dapat dinilai sebagai sebuah kebaikan karena anak tidak keluyuran. Namun, di masa sekarang, fisik anak bisa saja berada di dalam kamar, namun interaksi dengan dunia luar sangat mudah dilakukan.
Tentu saja perkembangan teknologi dan informasi memiliki banyak dampak positif bagi kehidupan manusia. Misalnya, kemudahan dalam mengakses informasi, kemudahan dalam berkarya, dan sebagainya. Akan tetapi, kita tidak boleh lalai terhadap dampak-dampak negatif yang mengikutinya.
Di satu sisi, dunia pendidikan mendapatkan banyak manfaat dari perkembangan teknologi. Dunia pendidikan ikut mengalami perkembangan yang sangat pesat. Semua harus melakukan transformasi untuk mengimbangi perubahan. Mungkin dulu guru harus banyak menjelaskan tentang teori dan menyuruh siswa menulis. Namun, kini semua teori tersebut sudah tersedia secara praktis di internet.
Di sisi lain, tantangan dunia pendidikan semakin luar biasa. Anak-anak yang pergi ke sekolah tidak lagi dapat dipandang sebagai kertas putih. Mereka telah diisi oleh berbagai informasi di dalam pikirannya. Mereka tidak hanya belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat di sekitarnya, tapi juga telah banyak belajar dari internet. Sesuatu yang mungkin saja berada di luar nilai-nilai lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakatnya.
Oleh karena itu, sinergi semua pihak semakin penting. Untuk menciptakan generasi berkualitas tidak bisa dilakoni oleh satu pihak saja. Semua pihak harus bergerak bersama dan bekerja sama. Lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, dan pihak-pihak yang aktif di dunia internet juga harus mengambil peran. Tak semua hal harus diposting. Dampaknya terhadap orang lain juga perlu dipikirkan.