Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingkatkan Spiritual, Sehatkan Mental

18 Oktober 2022   21:49 Diperbarui: 18 Oktober 2022   21:59 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini kabar bunuh diri cukup memilukan. Semakin banyak anak muda mengakhiri hidupnya. Mereka mengambil keputusan hidup yang sangat ekstrem. Padahal usianya masih teramat muda. Kabar yang saya terima, di Jawa Timur, mereka yang melakukan bunuh diri masih berusia belasan tahun. 

Fakta ini membuat bulu kuduk saya bergidik. Timbul pertanyaan dalam pikiran, apa sebenarnya yang terjadi kepada mereka? Seburuk apakah kondisi hidup mereka sehingga memilih mengakhiri hidup?

Saya memiliki sejumlah teman yang masih berusia dua puluhan. Mereka gadis-gadis aktif yang bekerja di kantoran. Mereka juga sangat memperhatikan penampilannya.

Sepintas, mereka tidak memiliki masalah yang perlu diperhatikan. Kehidupannya sudah bisa dikatakan lebih baik. Namun, siapa sangka, ternyata mereka memiliki masalah mental. Mereka secara rutin harus berkonsultasi kepada psikiater.

Dari beberapa kali obrolan dengan saya, rupanya mereka didera overthinking dan minder. Mereka merasa dirinya tidak seideal teman-temannya atau orang-orang di sekitarnya. Kondisi itu membuat dia stres.

Stres. Mungkin ini pula yang membuat beberapa anak muda melakukan bunuh diri belakangan ini. Info terbaru yang saya terima, seorang mahasiswa juga diduga bunuh diri karena masalah keluarga. Konflik orang tuanya membuat dia stres dan akhirnya bunuh diri.

Keadaan ini patut menjadi perhatian kita bersama. Jangan sampai keputusan-keputusan semacam ini dianggap sebagai solusi terbaik oleh generasi muda. Keputusan bunuh diri bukan keputusan yang baik dari sudut pandang apa pun.

Langkah konkret yang perlu dilakukan adalah menguatkan spiritual generasi. Mereka harus diajak lebih dekat dengan Sang Pencipta dan merenungi tujuan penciptaan kita. Mereka perlu diajak memperkuat iman dan takwa.

Tak ada yang perlu terlalu dikejar secara membabi buta di dunia ini. Biarkan semua berjalan dengan wajar. Sebesar apa pun tekanan yang datang ke dalam hidup, itu tak akan pernah abadi. Tekanan itu akan hilang seiring waktu.

Pola pikir generasi juga perlu diarahkan kepada yang selalu positif, progresif, dan, konstruktif. Dengan mindset yang demikian maka diharapkan generasi muda memiliki daya tahan mental yang lebih tangguh.

Kalau mau berbicara tentang kesulitan hidup, tentu kita belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kesulitan hidup para nabi. Misaknya, Nabi Ayyub yang menderita penyakit kulit akut hingga diusir oleh masyarakat dan ditinggalkan oleh keluarga. Kita juga bisa belajar dari Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudaranya sendiri hingga difitnah di kerajaan. Dari Nabi Muhammad saw kita pun bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun