Memang ketika selesai menulis, sang penulis seringkali merasa tulisan itu sudah sempurna. Sehingga ketika yang penulis langsung mengedit maka cenderung tulisan tersebut tidak berubah sama sekali. Oleh karena itu, ada istilah masa pengendapan tulisan. Yaitu, membiarkan tulisan tanpa disentuh dalam waktu tertentu.
Setiap penulis memiliki masa yang berbeda-beda dalam melakukan pengendapan. Ada yang tiga hari, satu minggu, dua minggu, satu bulan, bahkan kabarnya, puisinya Chairil Anwar yang berjudul "Aku" mengalami pengeditan hingga satu tahun. Jadi, tak ada patokan khusus dalam masa pengendapan.
Pengendapan menjadi penting karena untuk menghilangkan subjektivitas penulis terhadap tulisannya. Semakin lama masa pengendapannya, konon, semakin bagus. Tapi, dalam proses editing agar tulisan itu bagus sebenarnya juga tidak bisa lepas dari kemampuan yang dimiliki oleh penulis waktu mengedit. Semakin baik kemampuan yang dimiliki oleh sang editor maka semakin bagus pula hasil akhir tulisan tersebut. Dan sebaliknya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Suyatno, M.Pd. di atas, dalam masa editing itu juga sang penulis dapat dengan mudah menentukan mau dibentuk seperti apa tulisan itu. Dalam istilahnya mau diracik bagaimana. Itu semua bergantung sang penulis. Bisa diubah menjadi esai, puisi, cerpen, atau apa pun. Yang paling penting dalam proses menulis adalah menulis. Titik.
Barangkali itu penjelasan singkat mengenai jurus yang diberikan oleh Kepala Humas Unesa di atas untuk menulis. Masih ada sepuluh jurus lagi yang insya Allah akan saya bahas di lain kesempatan. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H