Mohon tunggu...
syaifullah
syaifullah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Pensil

Goresan pensil pikiran tak terhapus jaman

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dibayar Tuba

9 Juni 2022   11:26 Diperbarui: 9 Juni 2022   12:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamu sangat mencintainya
Bagai laut pasang menimpali hujan
Meski rasa sayangnya membuncah
Namun kuali hatimu tak pernah tumpah
Ikhlas seluas-luasnya samudra

Suara rintih dari gubuk kayu itu
Melantun pilu di telinga
Mengetuk sisi hati
Sungguh miris sekali
Dan akal sehat seolah berkata inilah saatnya

Mengucur haru tanpa lagi ragu
Berbondong kau mainkan peran pahlawan
Lantas tersadar ketika sesuatu menancap perih
Mengoyak nadi saat tanganmu ulurkan sesuap nasi

Kamu sudah tertipu
Ternyata mereka hanya segerombolan hyena
Menyarukan suara lapar menjadi nada iba
Menyamarkan lemah menjadi fatamorgana
Pedulimu dibayar seringai taring tajam
Tatapan tanpa ekspresi
Juluran lidah
Tetesan air liur
Kuku yang mencabik
Saat melihat dirimu merangkak menuju mati
Kawanan itu bersendawa
Begitu jantungmu lewati keronkongannya

Jakarta, 09 Juni 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun