Mohon tunggu...
Ahmad Syaiful Hadi
Ahmad Syaiful Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cuma manusia biasa yang mencoba mengeluarkan unek-unek dengan tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Tinggi Gratis, Kunci Membuka Potensi Bonus Demografi

15 Juli 2024   02:53 Diperbarui: 15 Juli 2024   02:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan tinggi bukanlah sekadar hak istimewa bagi segelintir orang, melainkan hak asasi manusia yang merupakan fundamental dan investasi krusial bagi kemajuan bangsa. Saat ini, tingginya biaya pendidikan tinggi telah menciptakan pembatas bagi banyak anak bangsa berbakat yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2023 mengungkapkan bahwa biaya kuliah rata-rata di perguruan tinggi negeri (PTN) terus merangkak naik sebesar 5-10% setiap tahun. Sementara itu, di perguruan tinggi swasta (PTS), kenaikannya bahkan bisa mencapai 15%.

Indonesia saat ini berada di ambang peluang emas yang dikenal sebagai bonus demografi. Pada tahun 2030-2040, diproyeksikan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Bonus demografi ini adalah peluang emas untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. Namun, potensi ini hanya dapat diwujudkan jika kita memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. pendidikan tinggi gratis adalah kunci untuk membuka potensi bonus demografi ini. dengan memberikan akses pendidikan tinggi yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat, kita dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara signifikan.

Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas akan menjadi motor penggerak inovasi, kewirausahaan, dan pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi ini adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh negara, karena dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Belajar dari Brazil dan Afrika Selatan yang gagal meraih keuntungan ini.

Pendidikan tinggi sebagai hak asasi manusia, seperti dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 26 dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pendidikan, termasuk perguruan tinggi. pendidikan tinggi gratis adalah perwujudan nyata dari komitmen negara untuk menegakkan hak asasi ini, bukan hanya sekadar slogan di atas kertas. Pendidikan tinggi gratis juga dapat menjadi Investasi untuk masa depan bangsa. Negara-negara dengan tingkat pendidikan tinggi yang tinggi terbukti memiliki ekonomi yang lebih kuat, masyarakat yang lebih sejahtera dan daya saing global yang lebih tinggi.

Lulusan dari perguruan tinggi juga cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi, hal ini dapat berdampak pada pembayaran pajak lebih banyak dan berkontribusi lebih besar pada pembangunan negara. Studi dari Bank Dunia tahun 2022 menunjukkan bahwa setiap tambahan satu tahun pendidikan dapat meningkatkan pendapatan individu sebesar 10%. Dengan demikian, pendidikan tinggi gratis bukan beban, melainkan investasi strategis yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda bagi bangsa, terutama dalam menghadapi bonus demografi.

Mengikis kesenjangan sosial. Pendidikan tinggi gratis adalah kunci untuk membuka pita bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk meraih pendidikan tinggi berkualitas. Ini adalah langkah kongkret untuk meningkatkan mobilitas sosial, mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin, dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Belajar dari negara maju yang sudah ada seperti, Finlandia, Jerman, Norwegia dan sejumlah negara maju lainnya telah membuktikan bahwa pendidikan tinggi gratis bukanlah utopia. Negara-negara ini memiliki tingkat partisipasi pendidikan yang sangat tinggi, kualitas lulusan yang unggul, dan ekonomi yang berdaya saing global. Mereka telah menunjukkan bahwa pendidikan tinggi gratis bukan hanya mungkin, tapi menguntungkan. Dengan menghilangkan hambatan biaya, pendidikan tinggi gratis akan memacu persaingan sehat antara perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Perguruan tinggi akan lebih termotivasi untuk berinovasi, melakukan penelitian yang relevan, dan mengembangkan program studi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan tuntutan bonus demografi.

Akan ada segelintir pendapat, apakah tidak akan menjadi beban finansial bagi negara. Memang benar bahwa pendidikan tinggi gratis membutuhkan investasi yang signifikan dari pemerintah. Namun, investasi ini akan menghasilkan keuntungan jangka panjang yang jauh lebih besar dalam bentuk peningkatan produktivitas, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh bonus demografi. Pemerintah dapat mengeksplorasi berbagai sumber pendanaan alternatif, seperti pajak progresif, pajak perusahaan, atau optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, untuk mendukung program ini. Juga kekhawatiran tentang penurunan kualitas pendidikan dapat diantisipasi dengan menerapkan standar kualitas yang sangat ketat, sistem akreditasi yang independen, dan mekanisme pengawasan yang efektif agar tidak ada korupsi di setiap lapisan. Pemerintah juga dapat memberikan insentif bagi perguruan tinggi yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian mereka.

Pendidikan tinggi gratis adalah sebuah hal penting bagi Indonesia untuk meraih potensi maksimal dalam bonus demografi dan mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Meskipun membutuhkan investasi yang besar, manfaat jangka panjangnya akan jauh lebih besar. Dengan menghilangkan hambatan biaya kita dapat membuka akses pendidikan bagi semua kalangan dan juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Indonesia akan melahirkan generasi penerus yang berkualitas, inovatif, dan berdaya saing global. Pendidikan tinggi gratis bukan hanya kebijakan, melainkan investasi untuk masa depan bangsa yang gemilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun