Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Struktur Pasar dalam Ekonomi Sirkular.

16 April 2025   00:51 Diperbarui: 16 April 2025   00:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Struktur Pasar dalam Ekonomi Sirkular: Ketika Limbah Menjadi Ajang Adu Strategi Bisnis

Pasar yang Berputar Lebih Cepat Daripada yang Kita Kira

Di suatu sore di kawasan industri Cikarang, saya menyaksikan sebuah kejadian yang mengubah cara pandang saya tentang persaingan bisnis. Sebuah truk pengangkut limbah plastik dari pabrik besar justru membongkar muatannya di tempat yang tak terduga: bengkel kecil milik Pak Joko, pengusaha daur ulang lokal. "Dulu saya harus membayar Rp 500 per kg untuk beli bahan baku," kata Pak Joko sambil tersenyum. "Sekarang mereka yang bayar saya Rp 1.000 per kg untuk mengolahnya."

Inilah wajah baru struktur pasar dalam ekonomi sirkular---sebuah dunia di mana yang dianggap sampah oleh satu perusahaan menjadi harta karun bagi yang lain, di mana rantai nilai tidak lagi linear, dan di mana aturan main persaingan ditulis ulang setiap hari.

Kematian Monopoli Linear

Dalam ekonomi tradisional, kekuatan pasar sering terkonsentrasi pada pemilik sumber daya alam atau produsen skala besar. Tapi lihatlah apa yang terjadi ketika prinsip sirkular diterapkan:

Sebuah pabrik elektronik di Taiwan yang dulu mendominasi pasar dengan model produksi massal, kini harus berbagi panggung dengan startup daur ulang yang mampu mengekstrak emas dari motherboard bekas dengan efisiensi 95%. Data Circular Economy Group (2023) menunjukkan, dalam 5 tahun terakhir, 42% perusahaan manufaktur tradisional kehilangan pangsa pasar karena tidak mampu beradaptasi dengan model sirkular.

Di Indonesia, kisah sukses X-Shoes---perusahaan sepatu yang menggunakan 100% material daur ulang---membuktikan hal serupa. Dengan modal awal 1/10 dari pesaing konvensional, mereka berhasil merebut 15% pasar sepatu anak-anak dalam 3 tahun. "Kami tidak bersaing di harga, tapi di biaya material yang hampir nol," jelas founder-nya dalam wawancara eksklusif.

Inovasi yang Lahir dari Sampah

Ekonomi sirkular telah melahirkan jenis inovasi yang tidak terpikirkan dalam sistem linear:

  1. Inovasi Terbalik (Reverse Innovation)
    Perusahaan furnitur Swedia kini merancang produk dengan prinsip un-design---semakin mudah dibongkar dan didaur ulang, semakin tinggi nilainya. Hasilnya? Biaya produksi turun 30% karena material bisa dipakai hingga 5 siklus.
  2. Kolaborasi Paksa (Coopetition)
    Dua perusahaan tekstil yang bersaing ketat di Bandung kini berbagi fasilitas daur ulang limbah kain. "Lebih baik bagi hasil daripada sama-sama bangkrut karena denda lingkungan," ujar salah satu direktur.
  3. Model Bisnis Putar (Rotational Business Model)
    Startup KopiKloth tidak menjual kaos, tapi menyewakannya dalam sistem langganan. Setiap 6 bulan, pelanggan mengembalikan kaos bekas untuk didaur ulang menjadi produk baru---menciptakan arus pendapatan berulang yang stabil.

Tantangan yang Mengubah Peta Persaingan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun