Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(1). Layar Tipu-tipu : Memahami Dunia yang Tak Terlihat

27 Maret 2025   11:50 Diperbarui: 27 Maret 2025   11:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pada saat kita menyaksikan berita ekonomi atau membaca laporan keuangan global, kita sering kali dihadapkan pada angka-angka yang abstrak---pertumbuhan ekonomi 3%, inflasi 2%, atau defisit anggaran yang memprihatinkan. Semua ini membentuk sebuah narasi yang jelas, rapi, dan mudah dicerna. Namun, dibalik layar yang tampak sederhana ini, ada sistem yang jauh lebih kompleks dan gelap yang menggerakkan roda-roda besar perdagangan global, ketimpangan ekonomi, dan tentu saja, konflik yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Sebuah dunia yang tidak terlihat oleh kebanyakan orang, namun sangat nyata bagi mereka yang tahu cara membacanya.

Apakah yang sebenarnya terjadi di balik layar ekonomi dunia? Siapakah aktor-aktor yang mengendalikan arus uang, sumber daya, dan kekuasaan yang begitu besar? Bagaimana mereka memanipulasi sistem yang kita kenal sebagai "pasar bebas" untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu? Inilah pertanyaan yang perlu kita jawab, dengan menggali lebih dalam ke dalam mekanisme yang lebih tersembunyi dari sistem global yang tampak seolah-olah beroperasi secara adil dan transparan.

Aktor Tak Terlihat: Pengendali Pasar yang Tak Pernah Tampil

Di luar sorotan media dan debat politik, ada sekelompok kecil aktor yang memiliki pengaruh luar biasa terhadap arus perdagangan global. Mereka adalah para eksekutif dari lembaga keuangan multinasional, bank sentral yang tak tampak oleh publik, serta para spekulan yang dengan lihai bergerak di pasar global untuk mengatur harga komoditas dan saham sesuai keinginan mereka. Mereka adalah wajah yang tak pernah terlihat, tetapi tangan mereka mengendalikan segala sesuatu yang kita anggap sebagai kenyataan ekonomi sehari-hari.

Salah satu contoh yang paling mencolok adalah keberadaan bank sentral, yang seharusnya berfungsi untuk menjaga kestabilan ekonomi negara, namun pada kenyataannya sering kali menjadi alat untuk memperkaya kelompok tertentu. Seperti Federal Reserve di Amerika Serikat, yang meskipun dihadapkan pada tugas untuk menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi, sering kali dianggap terlalu dekat dengan bank-bank besar yang turut mempengaruhi kebijakan mereka. Mereka memiliki kemampuan untuk memanipulasi suku bunga, yang berdampak langsung pada sektor-sektor kritis, dari pinjaman konsumen hingga investasi asing. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, mereka secara tidak langsung juga mendorong orang kaya untuk lebih banyak berinvestasi di pasar saham dan obligasi, sementara masyarakat kelas bawah, yang lebih bergantung pada tabungan tradisional, justru terhimpit.

Sistem yang Menguntungkan Sebagian

Pada akhirnya, sistem ini bukanlah tentang menciptakan kesetaraan, melainkan tentang mengkonsolidasikan kekuatan dan kekayaan pada sekelompok kecil individu dan entitas. Dalam "Pasar Bebas" yang dijanjikan, hanya ada satu kenyataan yang tak terbantahkan: mereka yang sudah memiliki kekuatan akan selalu berada di posisi yang lebih unggul. Sebagai contoh, saat krisis finansial global terjadi pada tahun 2008, negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa "menyelamatkan" bank-bank besar yang terlalu besar untuk gagal, menggunakan uang pajak rakyat. Sementara itu, rakyat kecil, yang paling terdampak oleh krisis tersebut, harus menanggung dampak dari resesi yang dalam dan pengangguran yang tinggi.

Fenomena ini menggambarkan dengan jelas bagaimana sistem ekonomi global sering kali hanya berfungsi untuk menjaga status quo, di mana kelompok elit yang sudah kaya semakin kaya, sementara kelompok miskin semakin terpinggirkan. Ini adalah kenyataan yang sangat berbeda dari apa yang diajarkan di sekolah-sekolah ekonomi atau yang kita baca dalam laporan-laporan resmi yang memuji pasar sebagai mekanisme yang efisien.

Globalisasi: Penyebaran Keuntungan dan Pengaruh

Salah satu pilar utama yang memperkuat sistem ini adalah globalisasi. Seiring dengan semakin mudahnya arus barang, jasa, dan modal melintasi batas-batas negara, kita sering kali melihat narasi besar tentang bagaimana globalisasi akan membawa kemakmuran bagi semua. Namun, dalam prakteknya, yang terjadi justru sering kali sebaliknya. Globalisasi memfasilitasi pengalihan kekayaan dari negara-negara berkembang ke tangan perusahaan-perusahaan besar yang berbasis di negara maju. Contoh yang sangat jelas adalah industri tekstil, di mana perusahaan-perusahaan besar memindahkan pabrik-pabrik mereka ke negara-negara dengan upah murah seperti Bangladesh atau Vietnam, sementara konsumen di negara maju menikmati barang-barang murah tanpa menyadari bahwa mereka hanya berkontribusi pada ketimpangan yang semakin besar.

Di sisi lain, konflik-konflik yang terjadi di negara-negara kaya sumber daya---seperti Timur Tengah---sering kali bukanlah hasil dari ketidaktahuan atau kebodohan politik, tetapi lebih kepada strategi ekonomi yang lebih besar. Minyak, gas alam, dan sumber daya alam lainnya menjadi komoditas yang sangat berharga, yang sering kali dimanfaatkan oleh negara-negara besar untuk mengontrol pasar energi global. Negara-negara yang memiliki cadangan minyak terbesar, seperti Arab Saudi dan Rusia, memiliki posisi tawar yang sangat kuat, yang memungkinkan mereka untuk memainkan peran utama dalam menetapkan harga energi, baik untuk keuntungan mereka sendiri maupun untuk mempertahankan pengaruh geopolitik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun