Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Analisis

2025 = "Kematian Ekonomi"?

28 Januari 2025   05:57 Diperbarui: 28 Januari 2025   05:57 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Misalnya, sektor manufaktur dan jasa mengalami transformasi besar-besaran. Banyak pekerjaan manual telah digantikan oleh sistem otomatisasi, sementara pekerjaan yang berbasis keterampilan digital semakin mendominasi. Hal ini menuntut negara-negara untuk berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan dan pelatihan ulang (reskilling). Jika tidak, kesenjangan keterampilan (skills gap) dapat menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Selain itu, dominasi perusahaan teknologi raksasa yang menguasai pasar global menciptakan ketimpangan baru. Mereka bukan hanya menguasai aset digital, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap data dan kebijakan publik. Tanpa regulasi yang memadai, ekonomi digital justru dapat memperdalam ketidaksetaraan ekonomi di seluruh dunia.

Ketidakpastian Geopolitik

Geopolitik memainkan peran besar dalam stabilitas ekonomi global. Konflik regional, seperti perang di Ukraina, telah mengguncang pasar energi dunia. Ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil memperlihatkan rentannya sistem ekonomi saat ini terhadap gangguan politik.

Tahun 2025 dapat menjadi penentu apakah dunia mampu menemukan solusi kolektif untuk mengurangi ketergantungan ini melalui transisi energi. Namun, transisi energi sendiri membutuhkan investasi besar dan waktu yang tidak singkat. Negara-negara berkembang, yang sering kali menjadi korban utama dampak perubahan iklim, menghadapi dilema besar: mengutamakan pertumbuhan ekonomi jangka pendek atau berinvestasi dalam keberlanjutan jangka panjang.

Selain itu, munculnya kekuatan ekonomi baru seperti India dan ASEAN juga akan menggeser dinamika geopolitik global. Di tengah kekuatan lama yang sedang menurun, negara-negara berkembang memiliki peluang untuk memainkan peran yang lebih besar, asalkan mereka mampu memperkuat kolaborasi regional dan mengatasi masalah domestik mereka sendiri.

Peluang di Tengah Tantangan

Meskipun ada banyak tantangan, terdapat pula peluang besar yang tidak boleh diabaikan. Pengembangan ekonomi hijau dan berkelanjutan dapat menjadi pendorong pertumbuhan baru. Industri energi terbarukan, misalnya, diperkirakan akan menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam beberapa dekade mendatang.

Investasi dalam infrastruktur digital juga menawarkan potensi besar. Dengan meningkatnya akses internet dan adopsi teknologi digital, negara-negara berkembang memiliki kesempatan untuk melompati tahapan pembangunan konvensional dan langsung beralih ke ekonomi berbasis teknologi.

Selain itu, inisiatif global seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan kesepakatan Paris dapat menjadi panduan bagi negara-negara untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, implementasi yang efektif memerlukan komitmen politik yang kuat dan kolaborasi internasional yang erat.

Pandangan Akhir: Kematian atau Reinkarnasi Ekonomi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun