Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

New World

Swasembada Pertanian dan Pangan (47) : Era Digital, Teknologi dan Ketahanan Pangan.

7 Desember 2024   19:18 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam pertanian digital di Asia Tenggara. Dengan memanfaatkan teknologi, bukan hanya ketahanan pangan yang terjamin, tetapi juga kesejahteraan petani meningkat, dan pertanian Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global.

Era digital adalah peluang emas untuk membangun pertanian yang lebih cerdas, inklusif, dan tangguh. Kini saatnya semua pemangku kepentingan bergerak bersama untuk menghubungkan teknologi dengan ketahanan pangan nasional.

Beberapa Pengalaman

Di era digital, sektor pertanian di berbagai negara mulai memanfaatkan teknologi untuk menjawab tantangan produksi pangan yang semakin kompleks. Dari pertanian presisi hingga digitalisasi rantai pasok, teknologi terbukti menjadi katalisator dalam meningkatkan efisiensi dan memastikan ketahanan pangan. Selanjutnya Kita akan mengulas beberapa pengalaman dari berbagai negara yang dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk mengoptimalkan pertanian berbasis teknologi.

Pengalaman Global dalam Pertanian Digital

  1. Belanda: Pemimpin dalam Pertanian Presisi
    Belanda adalah contoh utama bagaimana teknologi dapat memaksimalkan hasil pertanian di lahan terbatas. Negara ini menggunakan pertanian presisi dengan bantuan data satelit, drone, dan perangkat IoT. Misalnya, perusahaan seperti Lely dan Wageningen University & Research telah mengembangkan sistem cerdas untuk mengelola air, pupuk, dan pestisida secara efisien. Dampaknya: Hasil panen meningkat hingga 20%, dan penggunaan air berkurang signifikan. Pelajaran: Dengan investasi pada teknologi dan riset, hasil pertanian dapat dioptimalkan meskipun sumber daya terbatas.
  2. India: Teknologi untuk Petani Kecil
    India memanfaatkan aplikasi digital seperti Kisan Suvidha dan eNAM untuk membantu petani kecil. Aplikasi ini menyediakan informasi tentang harga pasar, cuaca, dan rekomendasi pemupukan. Selain itu, program Digital Green melatih petani melalui video berbasis komunitas.Dampaknya: Petani mendapatkan akses pasar yang lebih baik, meningkatkan pendapatan hingga 30%. Pelajaran: Solusi teknologi yang sederhana dan mudah diakses dapat meningkatkan produktivitas petani kecil.
  3. Rwanda: Blockchain untuk Rantai Pasok
    Di Rwanda, blockchain digunakan untuk melacak rantai pasok kopi. Petani dapat memastikan harga yang adil dan konsumen mendapatkan produk dengan transparansi penuh. Teknologi ini juga membantu meminimalkan limbah selama transportasi.Dampaknya: Pendapatan petani meningkat, dan limbah berkurang hingga 15%. Pelajaran: Teknologi blockchain dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam rantai pasok pertanian.
  4. Tiongkok: Integrasi AI dan Big Data
    Tiongkok menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data besar untuk memprediksi hasil panen, mengidentifikasi hama, dan mengoptimalkan logistik. Sebagai contoh, Alibaba meluncurkan ET Agricultural Brain, sebuah platform yang memberikan rekomendasi berbasis data kepada petani.Dampaknya: Produksi pangan meningkat hingga 10%, dan kerugian akibat hama berkurang drastis. Pelajaran: Integrasi teknologi canggih membutuhkan infrastruktur digital yang kuat, tetapi manfaatnya sangat signifikan.

Pengalaman Indonesia dalam Digitalisasi Pertanian

Indonesia juga mulai mengambil langkah penting dalam pertanian digital. Berikut adalah beberapa inisiatif yang berhasil:

  1. TaniHub: Platform Pasar Digital untuk Petani
    TaniHub menyediakan akses pasar langsung bagi petani, mengurangi ketergantungan pada perantara. Petani dapat menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih baik.Dampaknya: Pendapatan petani meningkat hingga 25%. Pelajaran: Digitalisasi rantai pasok dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan harga.
  2. Penggunaan Drone oleh Petani di Jawa Timur
    Di beberapa wilayah Jawa Timur, petani mulai menggunakan drone untuk pemantauan lahan dan penyemprotan pupuk. Teknologi ini mempercepat pekerjaan dan mengurangi biaya operasional. Dampaknya: Efisiensi tenaga kerja meningkat, dan penggunaan pupuk lebih hemat. Pelajaran: Pelatihan intensif diperlukan agar petani dapat memanfaatkan teknologi ini secara maksimal.
  3. Program Smart Farming di NTT
    Melalui program ini, sensor IoT dipasang untuk memantau kelembapan tanah dan cuaca. Data ini membantu petani menentukan waktu tanam yang optimal. Dampaknya: Produksi jagung dan padi meningkat signifikan. Pelajaran: Teknologi sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal dapat memberikan hasil luar biasa.

Tantangan dan Solusi untuk Pertanian Digital

Meskipun pengalaman global dan lokal menunjukkan manfaat besar, tantangan tetap ada:

  • Akses Teknologi: Banyak petani kecil di Indonesia yang belum memiliki akses ke internet atau perangkat digital.
  • Literasi Digital: Tingkat pemahaman petani terhadap teknologi masih rendah.
  • Biaya Awal: Harga perangkat digital seperti drone dan sensor seringkali terlalu mahal.

Untuk mengatasi ini, beberapa langkah dapat diambil:

  1. Infrastruktur Digital yang Merata: Pemerintah harus memastikan akses internet di seluruh wilayah, terutama di daerah pedesaan.
  2. Subsidi Teknologi: Memberikan insentif atau subsidi untuk pembelian perangkat digital.
  3. Pelatihan dan Pendampingan: Melibatkan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat untuk melatih petani.

Pengalaman global dan lokal menunjukkan bahwa teknologi digital memiliki potensi besar dalam mengubah sektor pertanian dan memastikan ketahanan pangan. Indonesia dapat belajar dari Belanda, India, Rwanda, dan Tiongkok untuk mengembangkan sistem pertanian berbasis teknologi yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Dengan investasi pada infrastruktur digital, pelatihan, dan dukungan kebijakan, pertanian Indonesia dapat menjadi lebih efisien, produktif, dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun