Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Swasembada Pertanian dan Pangan (37): Soal Subsidi

3 Desember 2024   20:56 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:56 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Subsidi bukan sekadar alat ekonomi; ia adalah investasi bagi masa depan bangsa. Dengan kebijakan yang tepat, subsidi dapat menjadi motor penggerak yang memastikan ketahanan pangan Indonesia tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Beberapa Pengalaman

Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang memengaruhi stabilitas ekonomi, politik, dan sosial suatu negara. Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, krisis energi, dan ketidakstabilan ekonomi, kebijakan subsidi pangan menjadi salah satu alat pemerintah untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar rakyat terpenuhi. Namun, merancang subsidi yang efektif sekaligus berkelanjutan bukanlah perkara mudah. Pengalaman dari berbagai negara dapat menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia dalam mengembangkan kebijakan subsidi yang lebih baik.

Pengalaman Indonesia: Keberhasilan dan Tantangan

Indonesia telah lama menggunakan subsidi sebagai strategi utama untuk mendukung ketahanan pangan. Subsidi pupuk, misalnya, telah diterapkan selama beberapa dekade untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Program seperti Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) yang kemudian bertransformasi menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) adalah contoh nyata upaya pemerintah dalam memastikan akses pangan bagi kelompok miskin.

Namun, subsidi di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti:

  1. Ketidaktepatan Sasaran: Banyak subsidi yang tidak mencapai kelompok yang benar-benar membutuhkan, sehingga menyebabkan inefisiensi anggaran.
  2. Beban Fiskal: Anggaran subsidi sering kali membebani keuangan negara, terutama saat terjadi lonjakan harga komoditas.
  3. Kerusakan Lingkungan: Subsidi pupuk kimia yang masif telah memicu degradasi tanah dan ekosistem.

Belajar dari Pengalaman Internasional

Beberapa negara telah berhasil merancang kebijakan subsidi pangan yang lebih berkelanjutan. Pengalaman mereka memberikan inspirasi tentang bagaimana subsidi dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan ketahanan pangan.

  1. India: Digitalisasi untuk Efisiensi
    India mengembangkan sistem Direct Benefit Transfer (DBT) yang memungkinkan subsidi disalurkan langsung ke rekening petani atau konsumen. Dengan menggunakan teknologi digital, pemerintah dapat memastikan bahwa bantuan tepat sasaran. DBT juga mengurangi penyimpangan yang sering terjadi dalam sistem distribusi manual.
  2. Brasil: Program Zero Hunger
    Program Fome Zero (Zero Hunger) di Brasil adalah contoh sukses integrasi berbagai kebijakan, termasuk subsidi pangan, pendidikan gizi, dan dukungan untuk petani kecil. Pemerintah memberikan insentif bagi petani lokal untuk memproduksi pangan yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat miskin melalui program sekolah dan komunitas.
  3. Tiongkok: Diversifikasi Subsidi
    Tiongkok tidak hanya memberikan subsidi untuk produksi, tetapi juga mendukung riset dan pengembangan teknologi pertanian. Subsidi diarahkan untuk mendorong penggunaan teknologi modern, seperti drone dan sistem irigasi pintar, yang meningkatkan efisiensi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
  4. Ethiopia: Subsidi Berbasis Ketahanan Iklim
    Di Ethiopia, subsidi pangan dipadukan dengan program perlindungan sosial berbasis iklim. Petani diberikan akses ke asuransi pertanian berbasis cuaca, sehingga mereka dapat mengelola risiko gagal panen akibat perubahan iklim. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga mendorong adaptasi terhadap perubahan iklim.

Adaptasi untuk Indonesia

Belajar dari pengalaman tersebut, Indonesia dapat mengadopsi beberapa langkah berikut:

  1. Digitalisasi Sistem Subsidi: Mengembangkan sistem berbasis teknologi, seperti aplikasi yang memungkinkan petani mendaftar dan menerima bantuan secara langsung.
  2. Diversifikasi Komoditas: Tidak hanya fokus pada beras, tetapi juga memberikan subsidi untuk komoditas alternatif seperti jagung, ubi kayu, dan sorgum untuk mendukung diversifikasi pangan.
  3. Insentif untuk Pertanian Berkelanjutan: Mengarahkan subsidi untuk mendukung praktik pertanian organik dan ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik atau teknologi irigasi hemat air.
  4. Kemitraan Publik-Swasta: Mengundang sektor swasta untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur pertanian, seperti gudang penyimpanan atau sistem distribusi modern.
  5. Penguatan Data dan Transparansi: Membuat sistem data terpadu yang memetakan kebutuhan pangan berdasarkan wilayah, sehingga alokasi subsidi lebih akurat.

Kebijakan subsidi yang berkelanjutan bukanlah sekadar memberikan bantuan finansial, tetapi juga menciptakan sistem yang mendukung ketahanan pangan secara holistik. Pengalaman dari negara-negara lain menunjukkan bahwa integrasi teknologi, diversifikasi pangan, dan pendekatan berbasis lingkungan dapat meningkatkan efektivitas subsidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun