4. Meksiko: Sistem Milpa untuk Ketahanan Pangan
Di Meksiko, sistem Milpa adalah praktik bercocok tanam berbasis kearifan lokal yang melibatkan penanaman jagung, kacang, dan labu secara bersamaan. Keunggulan sistem ini:
- Polikultur Tradisional: Tanaman yang ditanam bersama saling mendukung dalam menjaga kesuburan tanah dan mengurangi hama.
- Pengetahuan Lokal yang Berkelanjutan: Petani menggunakan rotasi lahan untuk menghindari degradasi tanah.
- Dukungan Kebijakan: Pemerintah dan organisasi non-pemerintah memberikan insentif untuk melestarikan sistem Milpa sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional.
Sistem Milpa telah menjadi model ketahanan pangan berbasis komunitas yang relevan hingga kini.
5. India: Kembali ke Pangan Lokal untuk Diversifikasi
India menghadapi tantangan besar dalam swasembada pangan karena ketergantungan pada gandum dan beras. Namun, pemerintah dan masyarakat mulai menghidupkan kembali konsumsi pangan lokal seperti millet, jowar, dan bajra. Langkah-langkah yang diambil meliputi:
- Kampanye Nasional: Program Poshan Abhiyaan mempromosikan konsumsi millet untuk mengatasi malnutrisi.
- Integrasi Teknologi: Petani tradisional dilatih menggunakan alat modern untuk meningkatkan produktivitas tanpa merusak nilai kearifan lokal.
- Pangan untuk Ekspor: Beberapa varietas lokal dikembangkan untuk pasar global, memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Pelajaran bagi Indonesia
Pengalaman negara-negara tersebut memberikan wawasan penting bagi Indonesia:
- Mengintegrasikan Kearifan Lokal dengan Teknologi Modern: Seperti di Ethiopia dan Jepang, kearifan lokal dapat diperkuat dengan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
- Dukungan Kebijakan yang Berkesinambungan: Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan seperti Bhutan yang memberikan insentif kepada petani tradisional.
- Diversifikasi Pangan Lokal: Seperti India, Indonesia harus menghidupkan kembali komoditas lokal seperti sorgum, sagu, dan umbi-umbian untuk mengurangi ketergantungan pada beras.
- Pemberdayaan Komunitas: Gotong royong seperti dalam sistem Aflaj di Ethiopia dapat menjadi model untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam.
Menghidupkan kearifan lokal untuk mendorong swasembada pangan bukan hanya persoalan mempertahankan tradisi, tetapi juga strategi untuk menciptakan sistem pangan yang tahan terhadap tantangan modern. Belajar dari negara-negara lain, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan inovasi global, sehingga mampu mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H