Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (88): Inovasi Lokal untuk Sensor

18 November 2024   11:20 Diperbarui: 18 November 2024   11:24 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketergantungan Indonesia terhadap impor barang teknologi, termasuk sensor, telah menjadi tantangan yang terus berulang. Sensor, sebagai komponen penting dalam industri modern---mulai dari otomotif hingga pertanian cerdas---berperan besar dalam memastikan efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan produksi. Namun, ketergantungan pada produk impor tidak hanya memunculkan masalah ekonomi tetapi juga risiko strategis, seperti kerentanan terhadap gangguan rantai pasok global. Di tengah perubahan ekonomi dunia yang serba cepat, bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan inovasi lokal untuk mengurangi ketergantungan ini?

Mengapa Sensor Begitu Penting?

Sensor adalah perangkat kecil yang memiliki peran besar dalam kehidupan modern. Fungsinya mencakup pengukuran fisik, kimia, atau biologis yang diterjemahkan menjadi data elektronik. Sebagai contoh, dalam bidang otomotif, sensor digunakan untuk memantau tekanan ban, suhu mesin, hingga sistem navigasi. Di sektor pertanian, sensor mendukung teknologi irigasi pintar yang dapat meningkatkan hasil panen sekaligus menghemat air.

Namun, sebagian besar sensor yang digunakan di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, lebih dari 70% komponen elektronik, termasuk sensor, diimpor dari negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman. Ketergantungan ini tidak hanya membebani neraca perdagangan tetapi juga menghambat perkembangan industri dalam negeri.

Tantangan Ketergantungan pada Sensor Impor

Ketergantungan pada impor sensor memiliki sejumlah implikasi. Pertama, secara ekonomi, tingginya biaya impor menambah beban pada sektor manufaktur domestik. Industri harus mengalokasikan anggaran besar untuk membeli komponen ini, yang pada akhirnya menaikkan harga produk jadi. Hal ini membuat produk lokal kurang kompetitif dibandingkan dengan barang impor.

Kedua, secara strategis, ketergantungan pada impor memperbesar risiko gangguan pasokan. Pandemi COVID-19 menjadi contoh nyata bagaimana ketergantungan pada rantai pasok global dapat memengaruhi produksi lokal. Krisis semikonduktor global yang terjadi akibat pandemi menyebabkan keterlambatan pengiriman sensor ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Akibatnya, beberapa pabrik otomotif di Tanah Air harus mengurangi kapasitas produksi.

Ketiga, dari perspektif inovasi, ketergantungan pada produk asing mengurangi insentif untuk mengembangkan teknologi lokal. Jika semua kebutuhan dapat diimpor, maka motivasi untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D) di dalam negeri menjadi lemah.

Belajar dari Negara Lain

Beberapa negara telah berhasil mengatasi ketergantungan pada teknologi impor dengan mendorong inovasi lokal. Cina, misalnya, melalui program "Made in China 2025," berupaya meningkatkan kemampuan produksi domestiknya di sektor teknologi tinggi, termasuk sensor. Negara ini menyediakan insentif besar-besaran untuk R&D, memfasilitasi kolaborasi antara industri dan akademisi, serta memberlakukan kebijakan proteksi pasar untuk mendorong penggunaan produk lokal.

India juga menawarkan pelajaran penting. Dengan program "Make in India," pemerintah mendorong perusahaan lokal untuk memproduksi komponen elektronik, termasuk sensor, dengan insentif pajak dan pembiayaan murah. Langkah ini berhasil mengurangi impor beberapa kategori komponen elektronik dalam waktu kurang dari satu dekade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun