Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (58): Revolusi Teknologi Sensor

12 November 2024   05:32 Diperbarui: 12 November 2024   07:44 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Industri pertahanan modern kini berada di tengah-tengah revolusi teknologi, di mana sensor memainkan peran kunci dalam meningkatkan efektivitas dan presisi sistem pertahanan. Perkembangan teknologi sensor ini tidak hanya menghadirkan inovasi teknis, tetapi juga memajukan kemandirian bangsa, terutama bagi negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada pemasok luar negeri. Sensor, sebagai alat untuk mendeteksi, mengukur, dan memproses data lingkungan atau objek yang dipantau, telah menjadi tulang punggung dalam perangkat pertahanan modern, mulai dari radar, sonar, hingga sistem pengawasan berbasis satelit. Lalu, apa yang membuat inovasi ini penting dan bagaimana negara seperti Indonesia dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kemandirian pertahanan nasional?

Kemajuan Teknologi Sensor dalam Berbagai Aspek Pertahanan

Teknologi sensor telah berkembang pesat, mencakup berbagai jenis yang digunakan dalam situasi dan peralatan berbeda. Misalnya, sensor inframerah yang mampu mendeteksi panas menjadi sangat penting dalam kondisi malam hari atau dalam misi rahasia, sementara radar canggih memungkinkan deteksi objek pada jarak yang sangat jauh, bahkan di tengah kondisi cuaca ekstrem. Dalam aplikasi darat, laut, dan udara, sensor-sensor ini memberikan keuntungan taktis yang besar karena memungkinkan pemantauan yang presisi serta analisis data yang real-time. Misalnya, sensor berbasis elektromagnetik dapat mendeteksi keberadaan benda logam di dalam tanah, memfasilitasi operasi anti-ranjau di daerah konflik.

Di ranah laut, sensor akustik seperti sonar memiliki peran sentral dalam mendeteksi kapal selam atau pergerakan bawah air lainnya, yang seringkali menjadi ancaman laten bagi pertahanan suatu negara. Di udara, teknologi radar berbasis phased array telah memungkinkan deteksi yang lebih presisi terhadap benda yang bergerak cepat, seperti rudal atau pesawat tempur. Penggunaan satelit penginderaan jauh juga menjadi pelengkap penting dalam memantau area strategis dari ketinggian, memungkinkan pengawasan wilayah secara terus-menerus tanpa intervensi fisik.

Kemandirian Teknologi: Mengurangi Ketergantungan pada Negara Lain

Kemandirian dalam pengembangan teknologi sensor membawa keuntungan besar bagi negara dalam hal kedaulatan. Negara yang mampu mengembangkan teknologi sensor sendiri memiliki kendali penuh terhadap data dan informasi strategis yang mereka kumpulkan. Sebagai perbandingan, ketergantungan pada teknologi impor sering kali disertai dengan risiko bocornya data atau bahkan adanya "backdoor" yang dapat dieksploitasi oleh negara lain. Dalam beberapa kasus, negara produsen teknologi mempertahankan kendali tertentu melalui pembatasan akses atau perawatan pada sistem yang mereka ekspor, membuat negara pembeli bergantung pada mereka untuk jangka panjang.

Sebagai contoh nyata, negara seperti I*** berhasil mengembangkan teknologi sensor domestik untuk sistem pertahanan rudal mereka, seperti Iron Dome, yang melindungi wilayah mereka dari serangan udara. Kemandirian ini tidak hanya memberikan keunggulan pertahanan tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi karena mereka dapat mengekspor teknologi tersebut ke negara lain. Contoh ini menunjukkan bagaimana penguasaan teknologi sensor bisa memperkuat posisi geopolitik suatu negara di kancah internasional.

Tantangan dalam Mencapai Kemandirian Teknologi Sensor di Indonesia

Bagi Indonesia, mencapai kemandirian dalam teknologi sensor di sektor pertahanan bukanlah hal yang mudah. Salah satu kendala utama adalah kebutuhan sumber daya manusia yang terampil dalam bidang teknologi tinggi, seperti teknik elektro, fisika, dan ilmu komputer. Mengingat sifat teknologi sensor yang kompleks dan terus berkembang, perlu adanya investasi besar dalam pengembangan sumber daya manusia, penelitian, serta infrastruktur yang mendukung riset tersebut.

Selain itu, anggaran pertahanan yang seringkali terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi negara berkembang. Pada tahap awal, mungkin perlu kolaborasi antara lembaga riset nasional dengan mitra internasional yang tepercaya untuk mempercepat transfer pengetahuan. Kerja sama semacam ini dapat dilihat pada proyek radar militer di mana Indonesia bekerja sama dengan Jerman untuk mengembangkan radar pengawasan. Namun, untuk jangka panjang, penting bagi Indonesia untuk tidak hanya berfokus pada akuisisi teknologi, tetapi juga pada pengembangan kemampuan domestik yang berkelanjutan.

Langkah-Langkah Menuju Kemandirian Teknologi Sensor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun